KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Allah Swt. atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “Sastra
Angkatan 80-an” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Tersusunnya
makalah ini didukung oleh beberapa pihak baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini saya ucapkan
terima kasih kepada:
1.
Agus Wartiningsih, M.Pd. selaku dosen pengampu;
2.
serta teman-teman sekelas yang telah membantu memberikan informasi mengenai tugas makalah ini.
Makalah
ini ditulis berdasarkan sumber-sumber yang kami peroleh dari literatur buku dan
media internet. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas terstruktur
kelompok.
Segala
upaya telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini, bukan juga hal
mustahil jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan baik
itu dari segi penulisan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun dan memberi masukan agar
makalah ini menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca dan juga bermanfaat bagi mahasiswa FKIP Untan khususnya
mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Pontianak,
27 Februari 2014
Tim Penulis
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Sastra Angkatan 80-an
Kelahiran
sastra angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi
oleh kegiatan politik. Angkatan 80-an lahir pada masa pemerintahan Soeharto era
Orde Baru. Soeharto pada masa itu masih menduduki suatu jabatan di militer dan
sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga pemerintahannya sangat kokoh
dengan perlindungan dari militer. Era Orde Baru mempunyai ciri
yaitu semua keputusan berporos pada presiden dan hak bersuara sangat dibatasi.
Ketika ada sebuah karya yang sifatnya dianggap provokasi, mengancam,
melecehkan, menyinggung dan merugikan maka akan langsung ditindaklanjuti oleh
Soeharto dengan segera. Contohnya adalah majalah Djaja yang terkenal waktu itu
berhenti terbit, padahal majalah tersebut memuat masalah-masalah budaya bangsa
dan kesenian Indonesia.
Sebab-sebab
di atas tersebut menjadi dasar tentang tema yang dititikberatkan pada angkatan
80-an ini, yaitu tentang roman percintaan dan kisah kehidupan pada masa itu
yang sifatnya tidak dianggap provokasi, mengancam, melecehkan, menyinggung dan
merugikan. Tema roman percintaan dan kisah kehidupan ini pun didasari oleh
kemajuan ekonomi dan hidup yang indah bagi masyarakat karena pada masa itu
perekonomian di Indonesia sangat makmur sebelum krisis moneter pertengahan
tahun 1997.
Kelahiran periode 80-an bersifat
mendobrak keberadaan yang dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu pada
satu wawasan kelompok. Setelah melewati
ujian bertahun-tahun, kata bukanlah alat pengantar pengertian, tetapi adalah
pengertian itu sendiri. Kata bebas
menentukan diri sendiri, bebas dari
penjajahan dan bebas dari ide-ide.
Konsep di atas telah menitikberatkan
pada kata. Hal ini
sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik
periode 80-an. Periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan
pergeseran estetik khususnya pada kata. Dasar
tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara
penyampaian dalam karya sastra.
Periode 80-an ini merupakan sastra
yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju
kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional. Kesusastraan itu adalah
alat untuk mencurahkan makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara utuh
dan makna itu hendaknya disalurkan agar mengalami proses mengembang dan
mengempis masuk ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya
belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an lahir dari konsepsi
improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal
serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan. Para sastrawan
mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas
untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio. Pada
periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat. Perfilman Indonesia
banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif
menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu
Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.
B.
Latar
Belakang Munculnya Angkatan 80-an
Sastra 80-an berada di tengah
lingkungan yang masyarakatnya mengalami depolitisasi yang nyaris total.
Aktivitas-aktivitas politik mahasiswa ditertibkan
dan mahasiswa sepenuhnya dijadikan organ kampus yang dilepaskan dari segala
macam aktivitas politik. Mimbar bebas tidak lagi dibolehan dan bahkan
indoktrinasi berupa penataran P4 mulai menjadi bagian integral dari kehidupan
kampus.
Politik stabilitas, security approach, normalisasi kehidupan
kampus, dan asas tunggal merupakan lingkungan tempat para sastrawan era 80-an
hidup. Majalah sastra hanya ada Horison dan Basis. TIM
sebagai pusat kesenian tidak seleluasa dulu, baik dalam masalah dana maupun
kegiatan.
Karya sastra yang lahir pada tahun
80-an dipengaruhi proses depolitisasi tersebut. Oleh karena itu, sastra yang
muncul pun jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak
menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.
Globalisasi
dengan ekonomi sebagai panglima menempatkan pusat dunia tidak lagi pada
lembar-lembar diskursif sastrawi. Jargon-jargon politik yang hiruk-pikuk dan
menakutkan telah berlalu. Mereka digantikan oleh jargon-jargon modisme yang
meriah, kerlap-kerlip, dan tidak terasa menakutkan. Ditambah lagi, terdapat
ancaman pembredelan-pembredelan terhadap karya sastra dan faktor-faktor
keamanan lainnya.
Karya
sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa
angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy
Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca
Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad
Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini
Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh.
Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai.
Satu di antara ciri khas yang
menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya
barat, tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira
W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi
romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam
novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era
1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun,
yang tak boleh dilupakan pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran
pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya.
Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang
kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Sastra
popular atau yang lebih dikenal dengan sebutan sastra pop, dianggap sebagai
sastra yang esensinya lebih rendah dari sastra non-pop. Sastra pop dianggap
tidak memiliki keindahan dari segi pemaknaan karena sekali baca seorang pembaca
bisa langsung mengetahui makna yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tidak
seperti sastra non-pop, sastra pop cenderung lebih mengutamakan permintaan
pasar daripada keindahan estetik yang tersaji lewat penyampaian maupun makna
yang tersirat di dalam karya tersebut.
Ada
nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie
Said, antara lain: La Rose,
Lastri Fardhani,
Diah Hadaning,
Yvonne de Fretes,
dan Oka Rusmini.
C. Karakteristik Sastra Angkatan 80-an
Setiap
angkatan sastra mempunyai karakteristiknya masing-masing yang membedakan dengan
yang lain. Berikut adalah karakteristik sastra angkatan 1980:
1.
puisi yang dihasilkan bercorak
spritual religius, seperti karya yang berjudul “Kubakar Cintaku” karya Emba
Ainun Najib;
2.
sajak cenderung mengangkat tema tentang
ketuhanan dan mistikisme;
3.
sastrawan menggunakan konsep
improvisasi;
4.
karya sastra yang dihasilkan
mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik
sosial, politik, dan budaya;
5.
menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan;
6.
bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan
romantis;
7.
terdapat konsepsi pembebasan kata
dari pengertian aslinya;
8.
mulai menguat pengaruh dari budaya
barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflikdengan pemikiran timur;
9.
didominansi oleh roman percintaan;
10.
novel yang dihasilkan mendapat
pengaruh kuat dari budaya barat yang tokoh utamanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
D. Tokoh-tokoh Angkatan 80-an
Sastra
angkatan 80-an tidak mempunyai informasi yang jelas tentang siapa pelopornya.
Namun, pada angkatan ini banyak sastrawan yang berperan penting dalam
perkembangannya, di antaranya adalah:
1.
Hilman Hariwijaya
Hilman
Hariwijaya yang lahir di Jakarta,
25 Agustus1964.
Hilman Hariwijaya adalah seorang penulis Indonesia dan pelopor sastra aliran pop.
Namanya dikenal sejak menulis cerita pendek yang diberi judul Lupus
di majalah Hai
dibulan Desember 1986,
yang kemudian dibukukan menjadi sebuah novel. Kini setelah ia tidak produktif
lagi menulis novel, laki-laki yang mengagumi sosok penulis Arswendo Atmowiloto
dan Astrid Lindgren
ini merambah dunia pertelevisian dengan menulis skenario dari sinetron Cinta
Fitri (Season
2-3), Melati untuk Marvel,
dan lain-lain. Ia juga memroduseri film The
Wall.
2.
Marga T
Marga T dikelompokkan sebagai sastrawan angkatan
1980-1990. Satrawati dan dokter ini lahir pada tanggal 27 Januari 1943 di
Jakarta. Nama aslinya adalah Marga Tjoa dengan nama lengkap Magaretha
Harjamulia, Tjia Liang Tjoe. Semenjak sekolah wanita ini sudah sering mengarang
dan sering dimuat di majalah sekolah. Pendidikan terakhir adalah Kedokteran di
Universitas Trisakti. Karya pendeknya yang pertama berjudul “Kamar 27”. Saat
itu dia berusia 21 tahun. Sedangkan bukunya yang pertama berjudul “Rumahku
adalah Istanaku”, yaitu
cerita anak-anak yang diterbitkan pada tahun 1969
3.
Nh. Dini
Nh. Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas
tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan
pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam
pelampiasan hati. Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan,
sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi
tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia
tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah
bagi calon masinis kereta api.
Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia
memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya.
Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini
saya pun mampu membuatnya dan dalam
kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
4.
Mira Widjaja
Bicara tentang novel
populer Tanah Air, tentunya nama Mira W tak bisa begitu saja dilupakan. Ia
dikenal sebagai penulis yang produktif menghasilkan novel-novel bertema cinta
nan romantis. Pengarang bernama asli Mira Widjaja ini menjelma menjadi satu di antara
legenda novel terpopuler di Indonesia. Puluhan judul novel telah membanjiri
dunia novel populer, bahkan beberapa di antaranya sudah dicetak ulang
berkali-kali.
5. Ahmadun
Yosi Herfanda
Ahmadun Yosi Herfanda yang juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari1958 adalah seorang penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia. Ahmadun
dikenal sebagai sastrawan Indonesia dan
jurnalis yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia dari
generasi 1980-an ini juga banyak menulis sajak-sajak sosial-religius.
Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial.
Ia juga banyak menulis esei sastra.
E.
Karya-karya
Angkatan 80-an
Tokoh
angkatan 80-an dapat dikenal melalui karya-karyanya yang apik. Beberapa dari
karya sastra tersebut pun menuai kesuksesan pada zamannya. Berikut adalah
beberapa karya sastra pada angkatan 80-an:
1.
Hilman Hariwijaya
Berikut ini
adalah beberapa buku ciptaan Hilman Hariwijaya, di antaranya:
a.
Lupus
Lupus adalah karakter tokoh
laki-laki yang diciptakan Hilman ditahun 1986 melalui cerpen di majalah Hai.
Dibukukan pada bulan November 1986. Diceritakan Lupus berprofesi sebagai
pelajar dan wartawan muda di majalah Hai. Ia tinggal bersama Mami dan adiknya
yang bernama Lulu. Hilman juga merilis buku Lupus Kecil dan Lupus ABG
sebagai wujud Lupus di masa SD
dan SMP,
yang ditulis bersama Boim LeBon.
Seri ini telah menghasilkan 5 film layar lebar dan sinetron dari 52 buku yang
ada, dengan Ryan
Hidayat, Oka Sugawa,
Rico Karindra,
Irgy Ahmad Fahrezy
dan Attar Syah
yang berperan sebagai Lupus.
b.
Olga
Olga adalah karakter tokoh
wanita yang diciptakan Hilman pada tahun 1990 di majalah Mode.
Pertama kali dibukukan pada Juli 1990. Diceritakan Olga sebagai pelajar yang
bekerja sampingan sebagai penyiar radio di Radio Ga Ga. Ia tinggal bersama
kedua orangtuanya,
dan memiliki sahabat, Wina. Seri ini telah dijadikan 1 judul film
dan 3 musim sinetron dengan Desy
Ratnasari, Sarah
Sechan, Melly
Manuhutu, dan Sissy
Priscillia berperan sebagai Olga.
c. Lulu
Lulu adalah pemekaran dari
cerita Lupus, tokoh sang adik. Buku ini ditulis Hilman bersama Boim LeBon
dan Gusur Adhikarya.
d.
Keluarga
Hantu
Keluarga Hantu adalah seri
keempat Hilman yang ditulis bersama Boim. Mengisahkan tentang Luyut, anak hantu yang ingin mencoba
bergaul dengan manusia. Namun ditentang oleh Nates (ayah) dan Kanalitnuk
(ibu).
e.
Vanya
Vanya adalah seri kelima
karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra
pada tahun 1994. Dikisahkan Vanya adalah wanita Jakarta yang kuliah di Bandung.
Buku ini telah disinetronkan dan diperankan oleh Astrid
Tiar.
f.
Vladd
Vladd adalah seri keenam
karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra. Dikisahkan Vladd adalah pelajar
SD yang genius.
Selain buku, Hilman Hariwijaya juga
menciptakan sinematografi. Beberapa judulnya antara lain Topi-Topi
Centil (sebagai Lupus) tahun 1991, Tangkaplah Daku Kau Kujitak
tahun 1989, Makhluk Manis Dalam Bis
tahun 1990, Anak Mami Sudah Besar
tahun 1992, Lupus 5, Olga dan Sepatu Roda
tahun 1990, Valentine Kasih Sayang Bagimu tahun 1992, Dealova
tahun 2005, The Wall
tahun 2007, Anak
Ajaib tahun 2008, Suka
Ma Suka tahun 2009, Rasa
tahun 2009, Cinta
Fitri season 1-3,
Melati untuk Marvel,
Suci,
Dan,
Kisah Sedih di Hari Minggu, Kisah Kasih di Sekolah, Khanza, Lupus Milenia,
Lupus, Satu Cincin Dua Cinta, Cerita Cinta, Vanya, Olga, Cinta
7 Susun – 2013, Putri
Nomor 1, dan Fortune Cookies sampai
sekarang tayang 17.00 RCTI.
2. Marga
T
Daftar
berikut ini memuat sebagian dari karya Marga Tjoa:
Nomor
|
Judul
|
Tahun Terbit
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
|
Sekuntum
Nozomi (buku satu hingga kelima)
Dibakar
Malu dan Rindu
Dipalu
Kecewa dan Putus Asa
Amulet
dari Nubia
Dicabik
Benci dan Cinta
Didera
Sesal dan Duka
Matahari
Tengah Malam
Melodi
Sebuah Rosetta
Dikejar
Bayang-bayang
Sepagi Itu
Kita Berpisah
Rintihan
Pilu Kalbuku
Seribu
Tahun Kumenanti
Berkerudung
Awan Mendung
Sonata
Masa Lalu
Bukan
Impian Semusim
Namamu
Terukir di Hatiku
Istana di
Kaki Langit
Petromarin
Waikiki
Aloha: kumpulan satir
Kobra
Papageno: Manusia Asap dari Pattaya
Kobra
Papageno: Rahasia Kuil Ular
Di Hatimu
Aku Berlabuh (1988)
Ketika
Lonceng Berdentang: cerita misteri
Kishi:
buku kedua trilogi
Batas Masa
Silam: Balada Sungai Musi
Oteba:
buku ketiga trilogi
Ranjau-ranjau
Cinta
Sekali
dalam 100 tahun: kumpulan satir
Tesa
Sembilu
Bermata Dua
Setangkai
Edelweiss
Untukmu
Nana
Saskia:
sebuah trilogi
Bukit
Gundaling
Rahasia
Dokter Sabara
Saga Merah
Fatamorgana
Monik:
sekumpulan cerpen
Sebuah
Ilusi
Lagu
Cinta: kumpulan cerpen
Sepotong
Hati Tua
Bukan
Impian Semusim
Gema
Sebuah Hati
Badai
Pasti Berlalu
Karmila
Rumahku
adalah Istanaku
|
2002-2006
2003
2001
1999
1998
1998
1998
1996
1995
1994
1992
1992
1992
1991
1991
1991
1990
1990
1990
1990
1989
1988
1986
1987
1987
1987
1987
1988
1988
1987
1987
1987
1987
1984
1984
1984
1984
1982
1982
1979
1977
1976
1976
1974
1973
1969
|
Hingga kini Marga telah menerbitkan 128 cerita pendek
dan 67 buku (untuk anak-anak, novel serta kumpulan cerpen). Satu di antara
karyanya yang melejit pada masanya adalah Badai Pasti Berlalu. Badai Pasti Berlalu
adalah sebuah novel
berbahasa Indonesia
karya Marga T
yang diterbitkan pada tahun 1974.
Novel ini merupakan serialisasi dari cerita bersambung
yang dimuat di harian KOMPAS dari 5
Juni1972
hingga 2 September 1972.
Cerita bersambung tersebut ternyata digemari pembaca dan juga menarik perhatian
dunia sastra Indonesia. Diterbitkan sebagai novel, Badai Pasti Berlalu laris terjual
mencapai 24.000 eksemplar.
3. Nh.
Dini
Peraih penghargaan SEA Write Award dibidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di
Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang
menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap
lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis.
Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan
karya.
Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini
Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal
(1972), La Barka
(1975) atau Namaku Hiroko
(1977), Orang-orang Tran
(1983), Pertemuan Dua
Hati (1986), Hati yang Damai
(1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet,
atau cerita kenangan. Hingga
kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya
itu bercerita tentang wanita.
4. Mira
Widjaja
Novel
Mira Widjaja yang paling terkenal berjudul “di
Sini Cinta Pertama Kali Bersemi”
yang diterbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan
karya, berkiblat pada penulis-penulis seperti Nh.
Dini, Agatha
Christie, Y. B. Mangunwijaya
dan Harold Robbins. Mira, bersama dengan Marga
T, dianggap sebagai pelopor penulis
keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi inspirasi bagi penulis-penulis
berikutnya seperti Clara
Ng.
Hingga tahun 1995, Mira telah
menerbitkan lebih dari 40 novel, kebanyakan di antaranya telah diangkat menjadi
film dan sinetron,
termasuk Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus
Memilih, dan Permainan Bulan Desember.
5.
Ahmadun Yosi Herfanda
Karya-karya Ahmadun dipublikasikan di
berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri,
antara lain, Horison,
Ulumul Qur'an,
Kompas,
Media Indonesia,
Republika,
Bahana (Brunei),
antologi puisi Secreets Need Words (Ohio University, A.S.,
2001), Waves of Wonder (The International Library of Poetry, Maryland, A.S.,
2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Inggris, November
1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal
Festival II, Jakarta, 1995).
Beberapa kali sajak-sajaknya dibahas
dalam "Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman" (Deutsche Welle).
Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing, memenangkan satu di antara penghargaan
dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda) dan dibukukan
dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia meraih
penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri
Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Beberapa
buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
a)
Ladang Hijau
(Eska Publishing, 1980),
b)
Sang Matahari
(kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
c)
Syair Istirah
(bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia,
1986).
d) Sajak
Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika
Indonesia, 1990),
f) Fragmen-fragmen
Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung,
1997),
g) Sembahyang
Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997),
h) Ciuman
Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual, Logung
Pustaka, 2004),
i)
Sebutir Kepala dan
Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing,
2004),
j)
Badai Laut Biru
(kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004),
k) The
Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening
Publishing, 2005),
l)
Resonansi Indonesia
(kumpulan sajak sosial, Jakarta Publishing House, 2006),
m) Koridor
yang Terbelah (kumpulan esei sastra, Jakarta
Publishing House, 2006).
n) Yang
Muda yang Membaca (buku esai panjang, Kemenegpora
RI, 2009).
o) Sajadah
Kata (kumpulan puisi, Pustaka Littera,
2013).
F. Kualitas Sastra
Angkatan 80-an
Setiap angkatan karya sastra pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, seperti padaa ngkatan 80-an.
a.
Kelebihan karya sastra
angkatan 80-an:
1)
Memiliki wawasan
estetik yang luas;
2)
bertema
tentang roman percintaan dan
kisah kehidupan ini pun didasari oleh kemajuan ekonomi dan hidup yang indah
bagi masyarakat sehingga memberi kesan kebahagiaan bagi pembacanya;
3)
menekankan pada pemikiran dan cara
penyampaian dalam karya sastra;
4)
periode 80-an
ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia
untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional;
5)
para
sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan
kreativitas untuk berkarya;
6)
periode 80-an ini karya sastra film
juga berkembang pesat dan;
7)
karyasastraera
1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop.
b.
Kekurangan karya
sastra angkatan 80-an:
1)
Karya sastra
angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh
kegiatan politik;
2)
karya
sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi;
3)
sastra yang muncul jadi
tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan
dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.
DAFTAR PUSTAKA
Arasy,
Bernika Nur. 2008. “Perbedaan antara Sastra Pop dengan Sastra Nonpop.”
(Online). (http://arasshehe.blogspot.com/2011/03/perbedaan-antara-sastra-pop-dengan.html,
diakses 24 Februari 2014).
Budiawan, Agus. 2009. “Persinggungan
Sastra Pop dan Nonpop.” (Online). (http://agusbudiawan.wordpress.com/2013/08/24/persinggungan-sastra-pop-dan-non-pop, diakses 24 Februari 2014).
Galang, Anandya. 2008. “Sastra
Angkatan 80-an.” (Online). (http://anandyaga.blogspot.com/2012/09/sastra-angkatan-80an.html,
diakses 24 Februari 2014).
Manda, Nursyam. 2009. “Karakteristik
Karya Sastra.” (Online). (http://makallahkarakteristikkaryasastraa.blogspot.com,
diakses 24 Februari 2014).
Mihardja, Achdiat. 2009.
“Periodisasi Sastra Indonesia dan Latar Belakang.” (Online). (http://sesarjackson.blogspot.com/2013/05/periodisasi-sastra-indonesia-dan-latar.html,
diakses 24 Februari 2014).
Padi, Editorial. 2013. “Kumpulan Super
Lengkap Sastra Indonesia.” CV Ilmu Padi Infra Pustaka Makmur: Jakarta.
Pujangga, Near. 2010. “Pemetaan Beragam Tentang
Periodisasi Sastra Indonesia.” (Online). (http://nearpunyakumpulanbahasadansastra.blogspot.com/
2011/01/menelaah-karya-sastra-indonesia-periode.html,
diakses 24 Februari 2014).
Rahayu, Tri Wani. 2011. “Perbedaan,
Ciri-ciri dan Contoh Karya Sastra.” (Online). (http://catatanbahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/perbedaan-ciri-ciri-dan-contoh-karya.html, diakses 24 Februari 2014).
Rialdi, Fahmi. 2006. “Bahasa
Sastra.” (Online). (http://soulmate9.wordpress.com/bahasa-sastra/ diakses 24 Februari 2014).
Smanssa, Basasina. 2012. “Angkatan Sastra Indonesia.”
(Online). (http://basasinasmanssa.blogspot.com/2010/11/angkatan-sastra-indonesia.html, diakses 24 Februari 2014).
2 komentar:
Masihhh
Makasihhhhh
Posting Komentar