Vidies

Vidies

Pages

Wahyudi Aldiano. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Budidaya Lidah Buaya


Tanaman lidah buaya dengan ciri khas daun berduri dan banyak mengandung gel ini telah dikenal diseluruh penjuru dunia. Bahkan sudah dikenal pada abad Masehi yang digunakan oleh ratu Mesir, yakni Cleopatra sebagai perawatan kecantikan. Menurut penelitian, lidah buaya merupakan satu di antara 10 tanaman terlaris di dunia dengan potensinya sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Hal inilah yang menjadi alasan lidah buaya merupakan satu di antara komoditas unggulan daerah Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak untuk dikembangkan secara komersial. Dengan agroklimat dan tanah gambut yang sangat cocok bagi pertumbuhan lidah buaya, menjadikan daerah Kalimantan Barat (Pontianak) memunyai potensi untuk dikembangkan sebagai “Sentra Lidah Buaya” di Indonesia.
Aloevera Center yang terletak di Jl. Budi Utomo, Siantan ini merupakan satu di antara sentra lidah buaya yang membudidayakan tanaman sejuta manfaat ini. Tidak hanya membudidayakan, tetapi Aloevera Center juga meneliti dan mengembangkan hasil produksi dari lidah buaya dengan inovasi-inovasi yang menarik. Produk yang dapat dihasilkan dari lidah buaya pun tergolong banyak, seperti menjadi bahan baku alat kecantikan dan bahan makanan maupun minuman.
“Budidaya lidah buaya dan cara penanamannya, banyak hal yang harus dilakukan dan diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal,” begitulah kata Davin Arifin, SP. selaku narasumber saya dalam wawancara dan penelitian singkat yang saya lakukan. Berikut adalah cara penanaman lidah buaya yang dikemukakan oleh narasumber selaku pengembang dan peneliti di Aloevera Center.
1.      Persiapan Lahan
Lahan merupakan indikator pertama yang harus dipersiapkan karena lahan menjadi media penanaman lidah buaya. Untuk mempersiapkan lahan tidak dilakukan secara sembarangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya lahan bekas hutan atau lahan yang belum pernah dibudidayakan tanaman lain sebelumnya akan memerlukan waktu yang lama dalam pembersihannya. Sebaliknya, jika lahan tersebut pernah dibudidayakan sebelumnya maka itu akan lebih mudah untuk diolah. Setelah memperhatikan hal tersebut, kemudian lahan diolah, dibersihkan dan digemburkan.
Media tanah yang digunakan untuk menanam lidah buaya di Pontianak adalah tanah gembur, jadi tidak terlalu sulit untuk pengolahannya karena banyk mengandung air. Tanah yang banyak mengandung air yang harus diperhatikan adalah sistem drenase. Sistem drenase adalah sistem tata kelola air. Tanah gambut identik dengan genangan air, jika ini dibiarkan dan tidak dibuat sistem drenase maka akan terjadi dampak yang buruk terhadap tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya menjadi sulit untuk berkembang jika tergenang air dan jika kelembapan tanah tinggi, maka tanaman akan membusuk. Sistem drenase ini juga harus diperhatikan, tidak boleh dibuat terlalu dangkal atau terlalu dalam. Jadi, harus disesuaikan dengan kebutuhan lidah buayanya dan kandungan air dilokasi tersebut harus tetap dipertahankan.
Selanjutnya lahan dibiarkan selama seminggu agar bakteri berkurang, oksigen dalam tanah bertambah dan agar mikroba bekerja untuk menggemburkan tanah. Kemudian lidah buaya ditanam menggunakan sistem jarak tanam antar bedeng. Bedeng itu semacam gundukan, gulutan atau galang dengan panjang tertentu sesuai kebutuhan petani. Biasanya bedeng digunakan dengan panjang 5-10 meter dengan beberapa titik tanam. Misalnya, jarak antar tanaman 0,8 x 1,5 atau 1 x 1 meter. Lidah buaya memiliki pelepah yang panjangnya sekitar 90 cm. Agar antar pelepah tidak bersinggungan, karena tanaman lidah buaya yang berduri dan dikhawatirkan akan melukai tanaman lidah buaya yang lain  maka akan diberikan jarak penanaman yang lebih. Jarak antar bedeng biasanya sekitar 1 meter, hal ini bertujuan agar petani mudah menyusuri jalan antar bedeng untuk keperluan perawatan. Tetapi semuanya juga bergantung pada keperluan petani, jika jarak antar bedeng dekat dan petani tetap bisa melakukan perawatan, itu tidak menjadi masalah. Setelah itu, barulah tanah diberi abu dan pupuk organik berupa kotoran ayam atau sapi. Selain pupuk organik (kotoran), ada juga pupu anorganik berupa pupuk urea. Pupuk anorganik tidak terlalu banyak digunakan, hanya diberikan dengan dosis sekitar 20-50 gram saja. Sedangkan pemberian pupuk organik bisa diberikan dengan dosis sekitar 500 gram, begitu juga dengan dosis abu.

2.      Bibit
Setelah persiapan lahan, selanjutnya adalah persiapan penanaman bibit. Untuk persiapan penanaman bibit ada beberapa kriteria tertentu yang harus diperhatikan, yaitu:
      a.  pertumbuhan anakan sehat;
      b.  segar dan tegak;
   c. jarak anakan dan induk lebih dari 2 cm. Biasanya ada anakan yang jauh dari induknya, hal ini untuk mempermudah pengambilan anakan tanpa merusak induk;
      d.   umur anakan sekitar 2-3 bulan;
      e.   pelepah berjumlah 4-5 pelepah dan;
      f.   tinggi anakan sekitar 25-30 cm

Bibit lidah buaya dapat diperoleh dari anakan dan kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Kultur jaringan akan memperoleh bibit dengan jumlah yang banyak. Jika dengan anakan yang diambil dari induk cuma menghasilkan 1-2 bibit, dengan kultur jaringan akan menghasilkan puluhan, bahkan ratusan bibit baru dengan jumlah persentase hidup 100%.
Kultur jaringan ada beberapa teknik, yaitu teknik yang diambil dari titik tumbuh atau dari anakan dan ada juga teknik meristem yang diambil dari jaringan tumbuh yang bisa diambil dari daun, akar dan dahan. Hanya saja yang menggunakan teknik meristem ini agak sulit karena menggunakan waktu yang lama dan banyak tahap yang dilakukan. Kalau yang menggunakan titik tumbuh tidak sesulit itu, yang harus dilakukan hanya membuang pelepah luar dari anakan lidah buaya itu dan yang tumbuh untuk menjadi bakal pelepah baru itu  yang ada di dalam indukan. Di dalam indukan yang akan tumbuh itu yang disisakan dan tidak dilakukan pemotongan. Jadi, yang di luar akan dipotong beserta dengan akarnya dan dibuang, lalu dicuci bersih, kemudian diberi fungi dan pembunuh bakteri. Jadi, dengan keadaan steril lalu barulah anakan tersebut ditanam ke media tanamnya.
Media tanam bibit lidah buaya kultur jaringan ini bukan tanah, melainkan agar (gel) atau sejenis agar-agar. Tidak hanya agar itu yang diberikan, tetapi juga diberikan unsur hara untuk makanan bibit tersebut dengan nutrisi mikronya. Kemudian unsur-unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke dalam media khusus, setelah itu barulah ditanam bibit yang tadi dengan kondisi yang steril. Barulah kita masukkan ke ruangan khusus dengan fasilitas berupa AC selama 24 jam, penyinaran yg cukup, lampu 24 jam kemudian bibit lidah buaya kultur jaringan perlahan akan tumbuh dengan rentang waktu 3-4 bulan untuk membentuk anakan baru.
1 botol yang berisikan 1 bibit lidah buaya kultur jaringan bisa menghasilkan 5-7 tanaman lidah buaya baru. Nanti 5-7 tersebut dipisah karena bibit akan semakin membesar dan botol tidak muat, sementara bbit tersebut masih bisa berkembang unk menjadi beberapa tanaman baru. Misalnya, di dalam 1 botol terdapat 7 bibit, kemudian di dalam botol tersebut disisakan 1 atau 2 dan 5 bibit yang tersisa kemudian dipisahkan lagi di dalam wadah dan ruangan khusus. Berarti sudah dapat 5 tanaman baru ditambahkan lagi 1 tanaman yang berada di dalam botol yang berisi 1 atau 2 bibit tadi. Jadi, bibit yang berjumlah 6 nanti kita masukkan ke ruangannya lagi, jadi dengan renggang waktu 3-4 bulan kita keluarkan lagi. Dari 1 botol bisa jadi 5-7 tanaman, kemudian dipisah lagi. Dari 1 botol bisa jadi 6 botol yang masing-masing berisi bibit. Jika dipisah, kalikan saja 6 jadi 36 nanti dipisah lagi begitu seterusnya sampai maksimal 7 kali pemisahan. Pemisahan yang ke 5-7 itu sudah bisa di adaptasikan diluar untuk dimasukkan ke dalam polibag. Setelah 3 bulan barulah bisa ditanam ke lapangan yang sesungguhnya.
Jenis bibit yang dibudidayakan petani di daerah Pontianak ini adalah jenis Aloe sinensis yang sejarahnya dari negeri tirai bambu, yakni Cina. Siantan, Mempawah dan di Pontianak juga memakai bibit lidah buaya jenis Aloe sinensis. Alasan mengapa digunakan Aloe sinensis bukan karena dipilih, tetapi karena sejarah. Di daerah Pontianak, khususnya di Siantan banyak terdapat suku Cina dan mereka masih memiliki keluarga disana, jadi ketika keluarga yang di Siantan pergi ke Cina atau sebaliknya mereka membawa bibit lidah buaya dan mereka mencoba tanam di Siantai. Awalnya, lidah buaya ditanam dengan sistem tumpang sari (campur) dengan tanaman sayur lain dan ternyata hasilnya bagus. Kemudian mereka berinisiatif untuk memisahkan tanaman lidah buaya tersebut dengan sistem monokultur, artinya dalam satu lahan hanya ada lidah buaya dan hasilnya jauh lebih bagus dan lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Cina. Ini karena iklim yang ada di Cina terdapat 4 musim, sedangkan di Indonesia hanya memiliki 2 musim yang panjang penyinarannya lebih lama. Faktor inilah yang menyebabkan tanaman lidah buaya tumbuh lebih optimal dan itulah yang menyebabkan tanaman lidah buaya lebih bagus hidup di Pontianak. Artinya, dengan kondisi yang panas dan tanah yang gambut, lidah buaya lebih cocok untuk bertahan hidup dengan kata lain lebih cocok diiklim tropis. Keunggulan lidah buaya yang tumbuh di Pontianak dibandingkan dengan yang tumbuh di Cina, yaitu.
a.       Panen lebih cepat. Kalau di Cina dari tanam pertama hingga panen pertama bisa memakan waktu 16 bulan, sedangkan d Pontianak dalam 1 tahun sudah bisa panen.
b.      Panen lebih banyak. Kalau di Cina panen dilakukan dalam 3 bulan sekali, sedangkan di Pontianak dalam sebulan bisa 2 kali panen.
c.       Lidah buaya lebih berat. Kalau yang di Cina berat maksimal hanya bisa mencapai  500 gram, kalau di Pontianak bisa sampai 2kg tetapi tidak semuanya, berat rata-rata yaitu 1kg seperti yang dijual dipasaran.

3.      Panen dan Perawatan
Setelah penanaman bibit, tanaman lidah buaya tidak dibiarkan begitu saja tetap dilakukan proses perawatan seperti penyiangan gulma yang sebenarnya merupakan hama. Penyiangan gulma ini harus rutin dilakukan, bisa sehari sekali, seminggu sekali atau sebulan sekali. Gulma ini akan banyak tumbuh karena lidah buaya menggunakan pupuk organik.
Jenis hama yang menganggu selain gulma yaitu Pactobacterium chrysanthemi yaitu bakteri busuk batang atau busuk pelepah. Bakteri ini akan menyerang tanaman lidah buaya jika tanaman lidah buaya berada pada genangan air, dibawah naungan, penyinaran matahari yang kurang dan kondisi yang lembab. Jadi, jika tanaman tersebut berada di tanah yang gambut dan sistem irigasi yang tidak bagus maka akan mempercepat pembusukan pada batang.
Pemberian pupuk dilakukan rutin yakni 3 bulan sekali, berarti 4 kali dalam setahun. Dalam 3 bulan atau 6 bulan sekali biasanya dilakukan pembuangan pelepah paling bawah yang belum bisa dipanen karena belum ada daging. Pelepah ini biasanya disebut pelepah adaptasi karena melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan pelepah ini biasanya akan kering. Pelepah ini dibuang karena tidak bermanfaat dan dibuang dengan harapan agar pelepah di atasnya dapat tumbuh secara optimal. Jika tidak dibuang, maka sumber makanan yang diangkut oleh lidah buaya menuju keseluruh bagian tanaman akan banyak diambil oleh pelepah yg paling bawah dan menghambat pertumbuhan pelepah di atasnya. Perawatan ini terus dilakukan hingga menjelang panen dari 10-12 bulan. 12 bulan itu sudah bisa dilakukan panen pertama dengan cara mengambil pelepah yang paling bawah.
Untuk saat ini, potensi lidah buaya khususnya UKM masih menjanjikan apalagi mereka yang mempunyai lahan dan mengolah hasil lidah buaya tersebut, ada juga yang tidak punya lahan tetapi mereka berusaha untuk mengolah hasil dari lidah buaya tersebut menjadi produk pangan dan potensinya masih tinggi. Apalagi kalau dulu hanya beberapa UKM yang berdiri, bukan semakin berkurang tetapi semakin bertambah. Jadi, kalau misalkan dulu produk minuman hanya berapa UKM yang memproduksi, sekarang sudah banyak merk minuman. Pontianak sekarang dan nanti wisatanya akan semakin berkembang, biasanya juga mengadakan event atau acara-acara besar tingkat nasional, atau bahkan nanti tingkat internasional. Dari hal itu, wisatawan biasanya mencari produk khas wisata yang dikunjungi dan kebetulan khas yang paling menonjol di Pontianak pada saat ini adalah lidah buaya. Produk unggulannya seperti makanan, minuman, manisan, coklat, teh, dodol, krupuk dan lain-lain.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar