BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Budaya merupakan suatu
kebiasaan dalam masyarakat yang sulit untuk diubah. Budaya sangat mudah
menyebar dikalangan suatu daerah dan terciptanya suatu budaya juga dipengaruhi
oleh budaya yang lain. Kebudayaan diciptakan oleh suatu komunitas manusia
sebagai identitas dan jati diri mereka untuk membedakan satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Penciptaan budaya ini memiliki tujuan yang beragam, seperti
sebagai media pembelajaran, hiburan dan pelestarian budaya itu sendiri yang
seiring berjalannya waktu mulai pudar.
Indonesia merupakan bangsa
di dunia yang memiliki banyak kebudayaan dan keseniaan, Banyaknya kebudayaan
dan keseniaan yang dimiliki dikarenakan bangsa Indonesia memiliki banyak suku
dan budaya. Terkait dengan kesenian, satu diantaranya adalah keseniaan Tari
Beladun (tari pembukaan) dalam Mendu. Tari Beladun adalah tari tradisi hasil
mahakarya Melayu tradisional, sedangkan Mendu adalah seni teater tradisional
atau teater rakyat yang berkembang dimasyarakat Melayu, dengan ciri penampilan
yang menarik dan diiringi musik, spontanitas yang menggunaan bahasa daerah yang
komunikatif dalam dialognya.
Tari
Beladun (pembukaan) dikemas secara menarik dalam kesenian Mendu yang memiliki
ragam gerak, kreatifitas, pola lantai yang beragam, keseimbangan, keharmonisan
dan memiliki nilai estetik. Namun, dalam tari Beladun masih banyak hal yang
menarik untuk dibicarakan. Maka dari itu, tim penulis tertarik untuk membahas
dan mengulas secara lebih mendalam melalui wawancara.
2.
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. untuk
mengetahui kesenian Mendu
b. untuk
mengetahui tari Beladun
c. menambah
wawasan tentang kebudayaan daerah, khususnya Kalimantan Barat
3.
Manfaat
Manfaat
dari pembuatan laporan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang tari Beladun
(pembukaan) secara lebih detail, menambah wawasan dalam seni budaya daerah, dan
melestarikan budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Waktu
Penelitian
ini dilaksanakan pada Jumat, 6 Desember 2013 dalam acara Malam Budaya dengan
tema “Seni Cemerlang-Melayu Gemilang”.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Balai
Rungsari Rumah Melayu Kalimantan Barat yang terletak di Jl. Sutan Syahrir
Abdurahman, Pontianak.
- Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan Malam Budaya dengan tema
“Seni Cemerlang-Melayu Gemilang” adalah semua mahasiswa baru semester 1 reguler A maupun reguler B program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
- Persiapan dan Rencana Kegiatan
Semua mahasiswa baru semester 1 reguler A maupun reguler B program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia wajib hadir dalam pergelaran
kesenian Malam Budaya. Kemudian setelah menyaksikan pergelaran kesenian, mahasiswa
membuat laporan tentang pergelaran kesenian tersebut dan mempresentasikannya
untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Berbicara Dasar yang di ampu oleh
Agus Syahrani, S.Pd, M.A.
- Hasil Kegiatan
Jumat, 6 Desember 2013 dalam acara Malam Budaya
dengan tema “Seni Cemerlang-Melayu Gemilang” yang diadakan di Balai Rungsari
Rumah Melayu Kalimantan Barat yang terletak di Jl. Sutan Syahrir Abdurahman, kami
sebagai tim penulis datang di acara tersebut sebagai penikmat seni sekaligus
sebagai peneliti.
Sebelum pukul 19.00 WIB kami sudah hadir ditempat
dan langsung menduduki kursi didalam ruangan. Suasana Malam Budaya semakin
terasa dengan kesan pertama tatanan panggung yang sederhana namun indah yang
dihiasi dengan tatanan lampu apik. Tabuhan Mendu mengiringi pembukaan Malam
Budaya. Tabuhan Mendu merupakan pertanda bahwa acara akan segera dimulai dan
simbol sebagai pemanggil rakyat sekitar untuk segera berkumpul menyaksikan
acara tersebut. Setelah tabuhan musik Mendu itu berhenti, acarapun dimulai.
A.
Mendu
Mendu merupakan seni pertunjukkan teater tradisional
yang berasal dari Kalimantan Barat yang keberadaannya diakui oleh rakyat
pedesaan sekitar bagian Hulu. Asal-usul kesenian Mendu ini merupakan cabang
dari kesenian Mamanda yakni seni teater tradisional yang sangat terkenal di
Hulu Sungai Selatan dan Kalimantan Selatan. Tidak ada data yang jelas dalam
kelahiran kesenian ini, tetapi sudah dikenal sejak abad ke-17 dan kesenian
Mendu lahir pada abad ke-18 sekitar tahun 1871 akibat perpindahan penduduk
Kalimantan Selatan ke Kalimantan Barat. Kemudian berkembanglah kesenian Mendu
hingga sekarang.
Menurut sejarahnya, Mendu berasal dari daerah
Mempawah. Pada saat itu ada 3 orang putra Mempawah dari kampung Semudun yang
bernama Ahmad Antu, Ahmad dan Kapot. Mereka bertiga sangat berbakti pada
lingkungannya dan mendedikasikan dirinya dengan keterampilan yang mereka
kuasai. Mereka memiliki profesi yang berbeda. Ahmad Antu sebagai guru pencak
silat, Ahmad sebagai sukarelawan pemberatas buta huruf dan Kapot sebagai guru
mengaji. Mereka menjalin hubungan dengan baik, bahkan kepada muridnya. Hal itu
dibuktikan mereka sering berlatih suatu pergelaran seni. Sampai pada suatu saat
mereka tampil bersama dalam sebuah pentas yang berjudul Dewa Mendu, maka sejak
saat itulah mereka sepakat kesenian itu bernama Mendu.
Mendu dan Mamanda pun banyak kesamaan karena
merupakan kesenian turunan yang dikreasikan. Kesamaannya diantaranya adalah
dalam segi penyajian, tema cerita yang berkisah tentang kerajaan, tokoh, dan
pementasan. Namun, juga banyak perbedaannya. Berikut adalah perbedaan antara
kesenian Mendu dan Mamanda:
No
|
Mendu
|
Mamanda
|
1
|
Dibuka
dengan tabuhan musik Mendu dan pertanda bahwa pertunjukkan teater akan
dimulai.
|
Ada
sesi Parados, yakni menampilkan para pelaku dalam acara lagu dan tari.
|
2
|
Tari
pembukaan bernama tari Beladun.
|
Pembukaannya
dinamakan sesi Baladon yang hanya berupa pendahuluan atau salam.
|
3
|
Menggunakan
dialek Melayu Kalimantan Barat.
|
Menggunakan
dialek Melayu Kalimantan Selatan.
|
4
|
Mendu
dimainkan di depan hadapan penonton, yakni posisi pemain bertatap muka dengan
pandangan.
|
Mamanda
dimainkan dalam bentuk arena sentral, yakni posisi pemain berada ditengah
penonton.
|
5
|
Sumber
cerita dari kehidupan kerajaan.
|
Sumber
cerita dari sastra lama.
|
Mendu berkisah tentang sekitar kehidupan istana
kerajaan dimasa lampau. Didalam perkembangannya, Mendu banyak sekali mengalami
proses perubahan. Dahulu Mendu bersifat kaku, tetapi sekarang Mendu lebih
bersifat fleksibel karena disesuaikan dengan zaman sekarang. Ceritanya yang
dulu hanya berkisah tentang kehidupan di istana, sekarang lebih mengedepan
cerita problema rakyat yang disesuaikan dengan kesenian Mendu itu sendiri.
Karena disuguhkan dengan cerita yang menarik dan sudah ada sejak lama, Mendu
mudah dikenali dan tersebarlah sampai ke pelosok daerah. Namun, Mendu pernah mengalami
masa suramnya yakni pada zaman pendudukan Jepang dan setelah perang dunia ke
II. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia barulah kesenian ini dihidupkan
kembali sama seperti zaman jayanya, bahkan lebih populer karena semakin sering
dipentaskan.
Tokoh didalam seni teater Mendu meliputi raja, ratu,
permaisuri, perdana menteri, panglima perang, dukun dan lain-lain. Ini
tercermin dalam pentas Malam Budaya Jumat lalu. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, kesenian Mendu sekarang lebih modern yang tercermin dalam lagu-lagu
yang dibawakan tidak lagi bernuansa kental tradisional, tetapi diselipkan
beberapa lagu zaman sekarang yakni lagu Bara Bere saat pementasan Malam Budaya
kemarin. Mungkin alat musikpun sudah mengalami kolaborasi, tetapi tim penulis
tidak mengetahui secara pasti dalam permasalahan ini.
B.
Tari Beladun
Tari Beladun adalah tari pembukaan dalam
acara Mendu yang ditampilkan dengan pasangan pria wanita yang menggunakan baju
khas Melayu. Pria menggunakan baju Teluk Belanga dan Wanita mengenakan baju
kurung seperti yang dipentaskan dalam Malam Budaya Jumat lalu. Berbeda dengan
Baladon dalam Mamandu yang merupakan induk dari seni Mendu, tari Beladun
merupakan ragam gerak yang diiringi musik. Sedangkan Baladon hanya merupakan
ucapan salam pembuka. Baju Baladon pun berbeda dengan tari Beladun, yakni
menggunakan baju raja dengan celana panjang tanpa menggunakan tutup kepala.
Tari Beladun dalam Malam Budaya kemarin
tidak hanya ditampilkan diawal, tetapi juga diakhir saat cerita teater Mendu
yang berjudul “Sekuntum Bunga Serai” konfliknya telah terselesaikan. Raja dan
ratu serta semua rakyat bergembira karena konflik kerajaan telah usai, lalu
muncul penari Beladun dengan lenggok indah menghiasi panggung. Karena informasi
yang kami dapatkan mengenai tari Beladun
ini kurang, kami pun mewawancarai satu diantara penari Beladun.
a) Biodata
Narasumber
Nama : Hendri Jurnawan
Tempat,
Tanggal Lahir: Sungai Bako Kecil, 23 Mei 1993
Alamat : Jl. Adi
Sucipto, Gg. Bersama
Pendidikan : Seni Tari dan Musik di
Universitas Tanjungpura
Semester 3
b) Waktu
Pelaksanaan Wawancara
Tempat : Balai Rungsari Rumah
Melayu Kalimantan Barat
Hari
dan Tanggal : Jumat, 6 Desember
2013
Waktu : pukul 21.27 WIB
c) Keterangan
Narasumber : Hendri Jurnawan
Pewawancara : Wahyudi
Perekam : Dimas Nurul Hidayat
Wahyudi : “Apa nama tarian yang dipertunjukkan dalam
acara ini?”
Hendri : “Tari Beladun untuk acara pembukanya”.
Wahyudi : “Berasal dari daerah mana tarian Beladun
tersebut?”
Hendri : “Kalimantan Barat, tari pembukaan
khusus teater Mendu”.
Wahyudi : “Tariannya menceritakan tentang apa?”
Hendri : “Tariannya tidak menceritakan apa-apa,
hanya istilahnya kalau kita
dalam suatu pertunjukkan itu pembukaan. Sajian pintu
paling
utama”.
Wahyudi : “Berapa orang yang menari tarian ini?”
Hendri : “Dalam tarian ini tidak tergantung berapa
orang, hanya keterbatasan
penari siapnya ada berapa”.
Wahyudi : “Apa nama pakaian dalam tarian ini dan apa
filosofinya?”
Hendri : “Pakaian tradisi untuk cewek dan cowok.
Cowok pakai baju Telok
Belangak, kalau cewek baju Kurong, hanya baju kurong
tidak
lengkap. Cuma tanpa selendang. Dari filosofinya
tidak ada”.
Wahyudi : “Apa properti yang digunakan? Apakah harus
ada properti?”
Hendri : “Tidak ada. Memang tidak ada, hanya
tangan kosong”.
Wahyudi : “Bagaimana dengan make up?”
Hendri : “Make
up-nya natural”.
Wahyudi : “Apakah ada gerakan khusus dalam tarian
ini?”
Hendri : “Gerakan tradisinya ada beberapa, yang
pertama itu lenggang
gerakan dasarnya, mak inang, patah sembilan dan
tandak sambas”.
Wahyudi : “Apa ritual atau kebiasaan yang dilakukan
sebelum menari?”
Hendri : “Ritual pertama pastinya berdoa, lalu
mempersiapkan segala
sesuatunya dari segi pakaian, make up, dan latihan juga”.
Wahyudi : “Anda berasal dari sanggar mana?”
Hendri : “Sanggar Andari Pontianak”.
Wahyudi : “Kalau boleh tahu, sudah berapa kali tampil
tari?”
Hendri : “Sudah lumayan banyak sih, tidak bias
dihitung berapa banyak”.
Wahyudi : “Apa tujuan Anda dalam menari?”
Hendri : “Pertma sih hobi. Kedua memang karena
senang, apalagi kuliahnya
memang dibidang itu. Selain itu juga cari
pengalaman, teman dan
penghasilan tambahan”.
Wahyudi : “Apa pengalaman yang paling berkesan selama
Anda menari?”
Hendri : “Pertama kita banyak kenal kawan, kawan
diluar kota maupun diluar
negeri. Selain itu kita bisa pergi ke daerah-daerah
orang. Mungkin
dari kita pribadi tanpa mengikuti sanggar ini tidak
bisa kesana. Tapi
karena mengikuti acara ini kita bisa kesana”.
Wahyudi : “Prestasi apa saja yang pernah diraih
selama menari?”
Hendri : “Prestasi paling besar itu juara 1 umum
pada festival tari Borneo
se-Borneo. Disitu kami mendapatkan juara 1 tari
trades kelompok,
juara 1 tari tradisional, juara 1 koreografer tari
tradisi, dan juga juara
1 tari kreasinya”.
Wahyudi : “Kalau prestasi untuk diri pribadi?”
Hendri : “Dari pribadi itu banyak. Pertama saya
juga ada buka sanggar kecil
kecilan di daerah asal saya sendiri di Mempawah,
khususnya di
Bakau Kecil. Prestasinya itu kami pernah mendapatkan
juara 1
koreografer terbaik saya yang garap dan dua kali
juara 1 tari modern
dan masih banyak yang lain”.
Wahyudi : “Apa suka duka dalam mengajar tari sebagai
seorang tenaga
pendidik?”
Hendri : “Sebenarnya kalau mengajar itu sih
tidak suka, maksudnya kurang
suka kalau mengajar di sekolah-sekolah. Sukanya yang
nonformal
seperti les bimbingan. Tidak sukanya dan kurang
enaknya itu
misalnya anaknya bandel yang menerima gerakan
prosesnya lama”.
Wahyudi : “Apa tantangan terbesar dalam mengajar
tari?”
Hendri : “Setiap kita buat karya biasanya banyak
komentar-komentar dari
orang. Komentar dari orang itu sebenarnya tidak
boleh kita abaikan.
Itu sebagai motivasi dan pembelajaran bagi kita.
Misalnya,
komentar-komentar itu tanpa direspon, tanpa komentar
itu karya kita
tidak ada apa-apanya”.
Wahyudi : “Kendala apa yang dialami saat menari dan
apa solusinya?”
Hendri : “Khususnya tari kelompok dan tari yang
kita garap sendiri. Pertama
kendala teman, hadir dan tidak hadirnya. Kedua
kendala tempat,
terkadang dikampus seni khususnya tidak banyak
tempat untuk
latihan hanya beberapa ruangan yang kosong kadang
ruangan
dipakai untuk kuliah. Jadi, berlomba-lombalah dalam
latihan. Kalau
tidak cari lokasi misalnya sanggar.
Kadang ada sanggar yang mau
menumpangkan kita”.
Wahyudi : “Kita tahu bahwa kuliah ini sibuk, bagaimaa
membagi waktu antara
kuliah dan hobi menari?”
Hendri : “Saya ikut sanggar di Pontianak dari
semester 1 saat saya pertama
kuliah disini. Semester 2 saya masih rajin ke
sanggar. Setelah
semester 3 saya off,
Cuma saya tidak berhenti seutuhnya hanya
untuk latihan rutin saya tidak bisa hadir. Cuma
kalau ada perform
sering dipanggil dan kita bantu. Pembagian waktu
khususnya kuliah
kami banyak ujian praktek, terkadang dalam 1
semester ada sampai
10 ujian praktek yang banyak tarian harus kita
ciptakan sendiri.
Terkadang ada dari kakak-kakak senior ada mata
kuliah tari juga per
individu. Pandai-pandai bagi waktulah”.
Wahyudi : “Didalam hobi biasanya kita mengalami titik
kebosanan. Pernah
tidak Anda mengalami titik kebosanan sampai ingin
berhenti dalam
menari?”
Hendri : “Pernah, mungkin karena ada efek capek.
Kadang ada misalnya
teman satu kelompok yang buat kita tidak asyik. Tapi
kalau bosan
untuk ikut seni tari itu sih Alhamdulillah sampai
sekarang belum
ada bosan.
Wahyudi : “Apa harapan kedepannya mengenai pementasan
seni ini sendiri?”
Hendri : “Harapannya yang pertama bisa
memperkenalkan budaya
Kalimantan Barat itu sendiri ke negeri orang. Untuk saat
ini belum
ada rasa puas untuk berkarya, ingin lagi dan lagi”.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Mendu
merupakan seni pertunjukkan teater tradisional yang berasal dari Kalimantan
Barat yang keberadaannya diakui oleh rakyat pedesaan sekitar bagian Hulu.
2. Menurut
sejarahnya, Mendu berasal dari daerah Mempawah. Pada saat itu ada 3 orang putra
Mempawah dari kampung Semudun yang bernama Ahmad Antu, Ahmad dan Kapot.
3. Mendu
berkisah tentang sekitar kehidupan istana kerajaan dimasa lampau. Didalam
perkembangannya, Mendu banyak sekali mengalami proses perubahan. Dahulu Mendu
bersifat kaku, tetapi sekarang Mendu lebih bersifat fleksibel karena
disesuaikan dengan zaman sekarang.
4. Tari
Beladun adalah tari pembukaan dalam acara Mendu yang ditampilkan dengan
pasangan pria wanita yang menggunakan baju khas Melayu. Pria menggunakan baju
Teluk Belanga dan Wanita mengenakan baju kurung
B.
Saran
Pementasan Malam Budaya harus sering diadakan agar
budaya dan kesenian daerah tetap terlestarikan. Dengan diadakannya pembuatan
laporan ini pun, agar mahasiswa mengerti dan memahami budaya daerahnya dan
menjaga keutuhannya.
2 komentar:
Ada koreksi sedikit. Di Kalsel, Mamanda ada dua jenis aliran. Mamanda Tubau dan Mamanda pariuk. Mamanda Tubau dibuka dengan baqunun, kalo Mamanda Pariuk dibuka dengan Baladon. Jadi bukan dibuka dengan menampilkan para pemain dgn iringan lagu dan tari...
Terima kasih karna infonya sangat menarik....
sip, kuat tahan lama
Posting Komentar