Vidies

Vidies

Pages

Wahyudi Aldiano. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Langkah-Langkah Dasar dalam Penulisan dan Contohnya

A. Dasar-Dasar Menulis
1. Tema
Tema dalam penulisan karangan ini adalah memahami perbedaan individu dalam perkembangan dan pertumbuhan peserta didik di dunia pendidikan.
a)      Kejelasan
Kejelasan berkaitan erat dengan gagasan sentral yakni hal yang patut diperjuangkan dalam penulisan karangan ini. Tema sudah disebutkan di atas, berarti tema tersebut memiki kejelasan. Kejelasan tema dalam karangan ini dapat dilihat pada paragraf terakhir yang menjabarkan bahwa perbedaan individu dalam perkembangan peserta didik di dunia pendidikan menuntut kebutuhan yang berbeda pula terhadap layanan pendidikan.
b)      Kesatuan
Kesatuan dan kejelasan sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya segi penekanannya saja yang berbeda. Kesatuan ini dapat diidentifikasi dari adanya gagasan sentral yang menjadi seluruh tulisan itu. Penulisan karangan ini gagasan sentral dalam setiap paragrafnya membahas tentang perbedaan individu yang pada akhir karangan akan berpengaruh pada layanan pendidikan yang menekankan pada tenaga pendidik untuk memahami perbedaan individu tersebut.
c)      Perkembangan
Pengembangan paragraf dalam penulisan ini dapat dilihat dari 2 sudut, yakni sebagai berikut.
1)      Apakah  gagasan yang lebih tinggi sudah diperinci secara maksimal?
Tentunya sudah, seperti yang terdapat pada paragraf pertama. Gagasan umum yang lebih tinggi merupakan dasar untuk mengembangkan suatu paragraf agar dapat diperjelas dan diperinci.
2)      Apakah perincian tersebut telah disusun secara logis dan sistematis?
Paragraf pertama sudah mencerminkan logis dan sistematisnya perincian dalam pengembangan paragraf. Setelah topik utama tentang perbedaan individu dalam paragraf pertama ditentukan, kemudian barulah dikembangkan mengenai faktor-faktor yang memengaruhinya. Faktor-faktor tersebut tidak hanya disebutkan, tetapi juga dijelaskan dan diberikan contohnya.
d)     Keaslian
Keaslian dapat dibuktikan dari pokok persoalan yang dipilih tentang perbedaan individu yang pada kenyataannya setiap individu memang berbeda dan memiliki karakternya masing-masing. Selain itu juga dijelaskan melalui sudut pandang yang nyata dan apa adanya pada karangan ini di subbab perbedaan motivasi, serta karangan ini belum pernah dibuat atau dipublikasikan sebelumnya.
e)      Judul
Karangan ini berjudul “Perbedaan Individu” yang telah memenuhi kriteria penulisan judul, yakni judul singkat dan relevan yang mempunyai keterkaitan dengan temanya.
A.    Langkah-Langkah Dasar dalam Penulisan
1.      Tahap Prapenulisan
Tahap ini, untuk menulis karangan, penulis melakukan beberapa persiapan sebagai berikut.
a.       Pemilihan dan Penetapan Topik
Topik dalam karangan ini adalah tentang perbedan individu dan karakteristik yang berpengaruh pada kebutuhan untuk mengenyam pendidikan. Topik ini telah memenuhi kriteria dalam pemilihan topik karena topik ini telah dikenal baik oleh setiap orang, bermanfaat bagi setiap individu yang membacanya, bahan diperoleh dari buku dan kenyataan hidup sehari-hari.
b.      Menentukan Tujuan Penulisan dan Bentuk Karangan
Adapun tujuan dalam penulisan karangan ini adalah sebagai berikut:
1)      untuk mengetahui dan memahami perbedaan individu yang memunculkan kebutuhan pendidikan yang berbeda;
2)      untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam implementasi proses pembelajaran;
3)      untuk mengetahui perbedaan kemampuan;
4)      untuk mengetahui perbedaan motivasi;
5)      untuk mengetahui perbedaan kondisi fisik dan jenis kelamin, dan;
6)      untuk mengetahui perbedaan lingkungan.
c.       Bahan Penulisan
Bahan dan informasi yang digunakan dalam pembuatan karangan ini adalah didapat dari buku, kasus yang ada dalam masyarakat dan fakta berupa contoh yang terjadi pada dunia pendidikan.
d.      Menyusun Kerangka Karangan
1.  Perbedaan Individu
1.1 Penjelasan Perbedaan Individu
1.2 Faktor-Faktor Perbedaan individu
1.2.1 Faktor Internal
1.2.2 Faktor Eksternal
2. Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Terhadap Karakter Individu
2.1 Timbulnya Kebutuhan
2.2 Macam-Macam Kebutuhan
2.2.1 Kebutuhan Fisik
2.2.2 Kebutuhan Psikologis
3. Kebutuhan Individu Kompleks
3.1 Arti Kebutuhan Individu yang Kompleks
3.2 Jenis-Jenis Kebutuhan
3.2.1 Kebutuhan Primer
3.2.2 Kebutuhan Sekunder
4. Fenomena Kebutuhan Pendidikan
4.1 Ketidaksamarataan Kebutuhan Pendidikan
4.2 Munculnya Kebutuhan  Layanan Pendidikan yang Berbeda
5. Contoh Kebutuhan Layanan Pendidikan yang Berbeda
6. Perbedaan Individu yang Diperhatikan dalam Implementasi Proses Pembelajaran
6.1 Perbedaan Kemampuan
6.1.1 Perhatian
6.1.2 Pengamatan
6.1.3 Ingatan
6.1.4 Intelegensi
6.1.5 Bakat Khusus
6.2 Perbedaan Motivasi
6.3 Perbedaan Kondisi Fisik dan Jenis Kelamin
6.4 Perbedaan Lingkungan
7. Simpulan dan Solusi Perbedaan Individu dalam Layanan Pendidikan
2.      Tahap Penulisan
Perbedaan Individu

Setiap individu yang terlahir ke dunia ini memiliki karakternya masing-masing. Tidak mungkin seorang individu memiliki karakter yang sama, sekalipun ia terlahir dari rahim yang sama atau kembar identik. Karakter yang berbeda dari setiap individu inilah yang membuat hidup lebih berwarna. Bayangkan saja jika setiap individu memiliki karakter yang sama, betapa membosankannya hidup ini. Perbedaan karakter yang terjadi dari setiap individu tentu tidak terjadi secara begitu saja, akan tetapi ada faktor-faktor yang memengaruhinya. Faktor tersebut dapat berupa faktor internal yaitu faktor yang berupa pengaruh keturunan maupun faktor eksternal yang berupa pengaruh lingkungan.
Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan dan perkembangan individu akan memengaruhi karakter individu itu sendiri. Karakter tersebut tentulah berbeda. Dampak dari berbedanya karakter ini akan menimbulkan kebutuhan yang berbeda pula, baik kebutuhan fisik maupun psikologis. Kebutuhan fisik dapat berupa kebutuhan untuk tampil lebih baik, sedangkan kebutuhan psikologis dapat berupa keinginan untuk dicintai dan disayangi.
Semakin tumbuh dan berkembang, kebutuhan individu akan semakin kompleks. Artinya, semakin bertambahnya usia maka semakin banyak pula kebutuhan yang diperlukan, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan papan, sedangkan kebutuhan sekunder dapat berupa keinginan untuk mengenyam pendidikan yang erat kaitannya dengan berbedanya kebutuhan setiap individu.
Sudah dijelaskan sebelumnya mengenai individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda, termasuk kebutuhan di dunia pendidikan. Masalah dan fenomena yang terjadi saat ini adalah kebutuhan pendidikan sering disamaratakan pada proses belajar mengajar. Walaupun disamaratakan memiliki arti yang hampir sama dengan adil, tetapi adil dalam artian yang kurang tepat. Mengapa? Karena walaupun sama mendapatkan hak pendidikannya, setiap individu yang memiliki karakter berbeda, maka akan menimbulkan kebutuhan yang berbeda pula dalam layanan pendidikan.
Perhatikan contoh berikut ini: “dosen memberikan materi pengajaran disatu kelas dan pada akhir materi akan diberikan tugas. Biasanya, rata-rata dosen akan menganggap bahwa mahasiswa yang diajarnya sudah mengerti mengenai materi yang telah disampaikannya dan memiliki kemampuan berpikir yang sama. Setelah diberikan tugas, ternyata hasil nilai yang diperoleh mahasiswa sangat bervariasi. Walaupun ada kemungkinan nilai yang sama, tetapi pastilah letak benar atau kesalahan yang dilakukan pada tugas tersebut berbeda. Hal inilah yang menunjukkan bahwa kebutuhan pelayanan pendidikan setiap individu berbeda.”
Apa saja perbedaan-perbedaan individu yang perlu diperhatikan dalam implementasi proses pembelajaran? Sutirna (2013:40-55) menjelaskan bahwa, “perbedaan individu yang perlu diperhatikan dalam implementasi proses pembelajaran mencakup 4 hal, yaitu (1) perbedaan kemampuan, (2) perbedaan motivasi, (3) perbedaan kondisi fisik dan jenis kelamin, serta (4) perbedaan lingkungan.”
1)      Perbedaan Kemampuan
Setiap individu yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda pula, termasuk kemampuan pada proses belajar.  Biasanya kemampuan ini akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia. Untuk membentuk kemampuan pada proses pembelajaran, tentu harus ada aspek-aspek yang menjadi titik fokus, “seperti perhatian, pengamatan, ingatan, intelegensi dan bakat khusus,” (Sutirna, Perbedaan Kemampuan, 2013:40-49).
Perhatian sangat penting dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran sehingga ada perbedaan perhatian setiap individu, seperti luasnya objek perhatian yang menyebabkan ada individu yang fokus terhadap suatu hal dan ada juga yang perhatiannya terpencar. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah pengamatan. Individu mengamati sesuatu dengan pancaindra, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan. Kemampuan mengamati setiap individu tentu berbeda, ada yang cenderung lebih peka terhadap pendengaran dan lain-lain.  Setelah melakukan pengamatan diperlukan ingatan dan intelegensi untuk mengingat dan mengukur pemahaman dari hasil pengamatan tersebut. Dengan beberapa hal yang dimiliki individu tersebut dapat memunculkan bakat khusus. Bakat khusus muncul karena individu memilki kesempatan untuk berkembang. Perbedaan kemampuan tersebut diharapkan menjadi acuan agar tenaga pendidik mampu memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2)      Perbedaan Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang dimiliki oleh individu untuk melakukan hal yang diinginkan. Motivasi dapat diperoleh melalui faktor internal dan eksternal. Namun, yang sulit diperoleh adalah motivasi internal karena sulit untuk membangunnya. Sementara itu, membangkitkan motivasi eksternal bisa dikatakan susah-susah gampang. Contohnya seperti dosen yang memotivasi mahasiswa terhadap kurangnya minat mahasiswa membaca karya sastra pada mata kuliah Sejarah Sastra, harapan dosen adalah mahasiswa dapat terpanggil jiwanya untuk membaca karya sastra masa lampau yang erat kaitannya dengan mata kuliah tersebut yang kurang disenangi. Hasil dari motivasi tersebut bergantung pada individu masing-masing. Oleh karena itu, dosen diharapkan mampu memberikan motivasi belajar, terutama pada mahasiswa yang motivasinya terbilang rendah.
3)      Perbedaan Kondisi Fisik dan Jenis Kelamin
Setiap individu memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda dan menjadi ciri khasnya. Selain perbedaan fisik, perbedaan jenis kelamin juga harus diperhatikan, baik perempuan maupun laki-laki. Perbedaan tersebut tidak boleh dipisah dalam implementasi di lapangan.  Setiap individu memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk memeroleh pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal tanpa diskriminasi karena perbedaan kondisi fisik dan jenis kelamin.
4)      Perbedaan Lingkungan
Lingkungan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan karakter yang menyebabkan berbedanya individu satu dengan yang lain. Tentunya setiap peserta didik dalam ruang lingkup pendidikan memiliki latar belakang lingkungan yang berbeda. Untuk memberikan layanan pendidikan yang optimal, perbedaan inilah yang harus diperhatikan oleh tenaga pendidik. Miris sekali jika ada peserta didik yang berpotensi, berprestasi dan cerdas harus terhenti pendidikannya akibat faktor ekonomi. Masalah ini bukan menjadi hal yang tabu, tetapi sudah sering terjadi disekitar kita. Inilah tugas tenaga pendidik yang harus diselesaikan dengan rasa tanggungjawab agar dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Perbedaan individu dalam perkembangan peserta didik di dunia pendidikan akan menuntut kebutuhan yang berbeda terhadap layanan pendidikan. Salah besar jika kebutuhan pendidikan selama ini disamaratakan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan negara Indonesia dalam bidang pendidikan masih mengalami ketertinggalan dibanding negara lain. Untuk itulah penyelenggara pendidikan dan tenaga pendidik harus paham mengenai individu agar dapat merencanakan strategi pendidikan yang tepat sehingga potensi peserta didik yang berbeda dapat ditingkatkan secara optimal.
2.      Tahap Revisi
Tahap revisi ini merupakan tahap perbaikan pada penulisan. Revisi ini dilakukan oleh Dewi Sartika, S. ST. selaku kakak kandung penulis. Adapun perubahan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a)      pada paragraf pertama ditambahkan tanda koma dibaris ke-2 setelah kata ‘sama’ dan mengubah kata ‘dunia’ menjadi hidup pada baris ke-5;
b)      pada paragraf ketiga dilakukan pengubahan tanda baca, tanda titik menjadi tanda koma sebelum kata ‘sedangkan’;
c)      pada paragraf keenam, pengutipan dari buku diberi tanda petik dua;
d)     pada subbab perbedaan kemampuan, dilakukan penambahan tanda petik dua pada pengutipan yang diambil dari buku dan penghapusan akhiran –lah dari kata ‘tersebutlah’ pada kalimat terakhir:
e)      pada subbab perbedaan motivasi, dilakukan pengubahan kata ‘sedangkan’ menjadi ‘sementara itu’ pada ke-4, dan pengubahan kata ‘dengan harapan’ menjadi ‘harapan dosen adalah’ dan;
f)       pada paragraf terakhir dilakukan penambahan kata ‘negara’ sebelum kata Indonesia pada baris ke-4.

DAFTAR PUSTAKA
Sutirna. 2013. “Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik.” Yogyakarta: CV. Andi Offset.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Budidaya Lidah Buaya


Tanaman lidah buaya dengan ciri khas daun berduri dan banyak mengandung gel ini telah dikenal diseluruh penjuru dunia. Bahkan sudah dikenal pada abad Masehi yang digunakan oleh ratu Mesir, yakni Cleopatra sebagai perawatan kecantikan. Menurut penelitian, lidah buaya merupakan satu di antara 10 tanaman terlaris di dunia dengan potensinya sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Hal inilah yang menjadi alasan lidah buaya merupakan satu di antara komoditas unggulan daerah Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak untuk dikembangkan secara komersial. Dengan agroklimat dan tanah gambut yang sangat cocok bagi pertumbuhan lidah buaya, menjadikan daerah Kalimantan Barat (Pontianak) memunyai potensi untuk dikembangkan sebagai “Sentra Lidah Buaya” di Indonesia.
Aloevera Center yang terletak di Jl. Budi Utomo, Siantan ini merupakan satu di antara sentra lidah buaya yang membudidayakan tanaman sejuta manfaat ini. Tidak hanya membudidayakan, tetapi Aloevera Center juga meneliti dan mengembangkan hasil produksi dari lidah buaya dengan inovasi-inovasi yang menarik. Produk yang dapat dihasilkan dari lidah buaya pun tergolong banyak, seperti menjadi bahan baku alat kecantikan dan bahan makanan maupun minuman.
“Budidaya lidah buaya dan cara penanamannya, banyak hal yang harus dilakukan dan diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal,” begitulah kata Davin Arifin, SP. selaku narasumber saya dalam wawancara dan penelitian singkat yang saya lakukan. Berikut adalah cara penanaman lidah buaya yang dikemukakan oleh narasumber selaku pengembang dan peneliti di Aloevera Center.
1.      Persiapan Lahan
Lahan merupakan indikator pertama yang harus dipersiapkan karena lahan menjadi media penanaman lidah buaya. Untuk mempersiapkan lahan tidak dilakukan secara sembarangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya lahan bekas hutan atau lahan yang belum pernah dibudidayakan tanaman lain sebelumnya akan memerlukan waktu yang lama dalam pembersihannya. Sebaliknya, jika lahan tersebut pernah dibudidayakan sebelumnya maka itu akan lebih mudah untuk diolah. Setelah memperhatikan hal tersebut, kemudian lahan diolah, dibersihkan dan digemburkan.
Media tanah yang digunakan untuk menanam lidah buaya di Pontianak adalah tanah gembur, jadi tidak terlalu sulit untuk pengolahannya karena banyk mengandung air. Tanah yang banyak mengandung air yang harus diperhatikan adalah sistem drenase. Sistem drenase adalah sistem tata kelola air. Tanah gambut identik dengan genangan air, jika ini dibiarkan dan tidak dibuat sistem drenase maka akan terjadi dampak yang buruk terhadap tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya menjadi sulit untuk berkembang jika tergenang air dan jika kelembapan tanah tinggi, maka tanaman akan membusuk. Sistem drenase ini juga harus diperhatikan, tidak boleh dibuat terlalu dangkal atau terlalu dalam. Jadi, harus disesuaikan dengan kebutuhan lidah buayanya dan kandungan air dilokasi tersebut harus tetap dipertahankan.
Selanjutnya lahan dibiarkan selama seminggu agar bakteri berkurang, oksigen dalam tanah bertambah dan agar mikroba bekerja untuk menggemburkan tanah. Kemudian lidah buaya ditanam menggunakan sistem jarak tanam antar bedeng. Bedeng itu semacam gundukan, gulutan atau galang dengan panjang tertentu sesuai kebutuhan petani. Biasanya bedeng digunakan dengan panjang 5-10 meter dengan beberapa titik tanam. Misalnya, jarak antar tanaman 0,8 x 1,5 atau 1 x 1 meter. Lidah buaya memiliki pelepah yang panjangnya sekitar 90 cm. Agar antar pelepah tidak bersinggungan, karena tanaman lidah buaya yang berduri dan dikhawatirkan akan melukai tanaman lidah buaya yang lain  maka akan diberikan jarak penanaman yang lebih. Jarak antar bedeng biasanya sekitar 1 meter, hal ini bertujuan agar petani mudah menyusuri jalan antar bedeng untuk keperluan perawatan. Tetapi semuanya juga bergantung pada keperluan petani, jika jarak antar bedeng dekat dan petani tetap bisa melakukan perawatan, itu tidak menjadi masalah. Setelah itu, barulah tanah diberi abu dan pupuk organik berupa kotoran ayam atau sapi. Selain pupuk organik (kotoran), ada juga pupu anorganik berupa pupuk urea. Pupuk anorganik tidak terlalu banyak digunakan, hanya diberikan dengan dosis sekitar 20-50 gram saja. Sedangkan pemberian pupuk organik bisa diberikan dengan dosis sekitar 500 gram, begitu juga dengan dosis abu.

2.      Bibit
Setelah persiapan lahan, selanjutnya adalah persiapan penanaman bibit. Untuk persiapan penanaman bibit ada beberapa kriteria tertentu yang harus diperhatikan, yaitu:
      a.  pertumbuhan anakan sehat;
      b.  segar dan tegak;
   c. jarak anakan dan induk lebih dari 2 cm. Biasanya ada anakan yang jauh dari induknya, hal ini untuk mempermudah pengambilan anakan tanpa merusak induk;
      d.   umur anakan sekitar 2-3 bulan;
      e.   pelepah berjumlah 4-5 pelepah dan;
      f.   tinggi anakan sekitar 25-30 cm

Bibit lidah buaya dapat diperoleh dari anakan dan kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Kultur jaringan akan memperoleh bibit dengan jumlah yang banyak. Jika dengan anakan yang diambil dari induk cuma menghasilkan 1-2 bibit, dengan kultur jaringan akan menghasilkan puluhan, bahkan ratusan bibit baru dengan jumlah persentase hidup 100%.
Kultur jaringan ada beberapa teknik, yaitu teknik yang diambil dari titik tumbuh atau dari anakan dan ada juga teknik meristem yang diambil dari jaringan tumbuh yang bisa diambil dari daun, akar dan dahan. Hanya saja yang menggunakan teknik meristem ini agak sulit karena menggunakan waktu yang lama dan banyak tahap yang dilakukan. Kalau yang menggunakan titik tumbuh tidak sesulit itu, yang harus dilakukan hanya membuang pelepah luar dari anakan lidah buaya itu dan yang tumbuh untuk menjadi bakal pelepah baru itu  yang ada di dalam indukan. Di dalam indukan yang akan tumbuh itu yang disisakan dan tidak dilakukan pemotongan. Jadi, yang di luar akan dipotong beserta dengan akarnya dan dibuang, lalu dicuci bersih, kemudian diberi fungi dan pembunuh bakteri. Jadi, dengan keadaan steril lalu barulah anakan tersebut ditanam ke media tanamnya.
Media tanam bibit lidah buaya kultur jaringan ini bukan tanah, melainkan agar (gel) atau sejenis agar-agar. Tidak hanya agar itu yang diberikan, tetapi juga diberikan unsur hara untuk makanan bibit tersebut dengan nutrisi mikronya. Kemudian unsur-unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke dalam media khusus, setelah itu barulah ditanam bibit yang tadi dengan kondisi yang steril. Barulah kita masukkan ke ruangan khusus dengan fasilitas berupa AC selama 24 jam, penyinaran yg cukup, lampu 24 jam kemudian bibit lidah buaya kultur jaringan perlahan akan tumbuh dengan rentang waktu 3-4 bulan untuk membentuk anakan baru.
1 botol yang berisikan 1 bibit lidah buaya kultur jaringan bisa menghasilkan 5-7 tanaman lidah buaya baru. Nanti 5-7 tersebut dipisah karena bibit akan semakin membesar dan botol tidak muat, sementara bbit tersebut masih bisa berkembang unk menjadi beberapa tanaman baru. Misalnya, di dalam 1 botol terdapat 7 bibit, kemudian di dalam botol tersebut disisakan 1 atau 2 dan 5 bibit yang tersisa kemudian dipisahkan lagi di dalam wadah dan ruangan khusus. Berarti sudah dapat 5 tanaman baru ditambahkan lagi 1 tanaman yang berada di dalam botol yang berisi 1 atau 2 bibit tadi. Jadi, bibit yang berjumlah 6 nanti kita masukkan ke ruangannya lagi, jadi dengan renggang waktu 3-4 bulan kita keluarkan lagi. Dari 1 botol bisa jadi 5-7 tanaman, kemudian dipisah lagi. Dari 1 botol bisa jadi 6 botol yang masing-masing berisi bibit. Jika dipisah, kalikan saja 6 jadi 36 nanti dipisah lagi begitu seterusnya sampai maksimal 7 kali pemisahan. Pemisahan yang ke 5-7 itu sudah bisa di adaptasikan diluar untuk dimasukkan ke dalam polibag. Setelah 3 bulan barulah bisa ditanam ke lapangan yang sesungguhnya.
Jenis bibit yang dibudidayakan petani di daerah Pontianak ini adalah jenis Aloe sinensis yang sejarahnya dari negeri tirai bambu, yakni Cina. Siantan, Mempawah dan di Pontianak juga memakai bibit lidah buaya jenis Aloe sinensis. Alasan mengapa digunakan Aloe sinensis bukan karena dipilih, tetapi karena sejarah. Di daerah Pontianak, khususnya di Siantan banyak terdapat suku Cina dan mereka masih memiliki keluarga disana, jadi ketika keluarga yang di Siantan pergi ke Cina atau sebaliknya mereka membawa bibit lidah buaya dan mereka mencoba tanam di Siantai. Awalnya, lidah buaya ditanam dengan sistem tumpang sari (campur) dengan tanaman sayur lain dan ternyata hasilnya bagus. Kemudian mereka berinisiatif untuk memisahkan tanaman lidah buaya tersebut dengan sistem monokultur, artinya dalam satu lahan hanya ada lidah buaya dan hasilnya jauh lebih bagus dan lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Cina. Ini karena iklim yang ada di Cina terdapat 4 musim, sedangkan di Indonesia hanya memiliki 2 musim yang panjang penyinarannya lebih lama. Faktor inilah yang menyebabkan tanaman lidah buaya tumbuh lebih optimal dan itulah yang menyebabkan tanaman lidah buaya lebih bagus hidup di Pontianak. Artinya, dengan kondisi yang panas dan tanah yang gambut, lidah buaya lebih cocok untuk bertahan hidup dengan kata lain lebih cocok diiklim tropis. Keunggulan lidah buaya yang tumbuh di Pontianak dibandingkan dengan yang tumbuh di Cina, yaitu.
a.       Panen lebih cepat. Kalau di Cina dari tanam pertama hingga panen pertama bisa memakan waktu 16 bulan, sedangkan d Pontianak dalam 1 tahun sudah bisa panen.
b.      Panen lebih banyak. Kalau di Cina panen dilakukan dalam 3 bulan sekali, sedangkan di Pontianak dalam sebulan bisa 2 kali panen.
c.       Lidah buaya lebih berat. Kalau yang di Cina berat maksimal hanya bisa mencapai  500 gram, kalau di Pontianak bisa sampai 2kg tetapi tidak semuanya, berat rata-rata yaitu 1kg seperti yang dijual dipasaran.

3.      Panen dan Perawatan
Setelah penanaman bibit, tanaman lidah buaya tidak dibiarkan begitu saja tetap dilakukan proses perawatan seperti penyiangan gulma yang sebenarnya merupakan hama. Penyiangan gulma ini harus rutin dilakukan, bisa sehari sekali, seminggu sekali atau sebulan sekali. Gulma ini akan banyak tumbuh karena lidah buaya menggunakan pupuk organik.
Jenis hama yang menganggu selain gulma yaitu Pactobacterium chrysanthemi yaitu bakteri busuk batang atau busuk pelepah. Bakteri ini akan menyerang tanaman lidah buaya jika tanaman lidah buaya berada pada genangan air, dibawah naungan, penyinaran matahari yang kurang dan kondisi yang lembab. Jadi, jika tanaman tersebut berada di tanah yang gambut dan sistem irigasi yang tidak bagus maka akan mempercepat pembusukan pada batang.
Pemberian pupuk dilakukan rutin yakni 3 bulan sekali, berarti 4 kali dalam setahun. Dalam 3 bulan atau 6 bulan sekali biasanya dilakukan pembuangan pelepah paling bawah yang belum bisa dipanen karena belum ada daging. Pelepah ini biasanya disebut pelepah adaptasi karena melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan pelepah ini biasanya akan kering. Pelepah ini dibuang karena tidak bermanfaat dan dibuang dengan harapan agar pelepah di atasnya dapat tumbuh secara optimal. Jika tidak dibuang, maka sumber makanan yang diangkut oleh lidah buaya menuju keseluruh bagian tanaman akan banyak diambil oleh pelepah yg paling bawah dan menghambat pertumbuhan pelepah di atasnya. Perawatan ini terus dilakukan hingga menjelang panen dari 10-12 bulan. 12 bulan itu sudah bisa dilakukan panen pertama dengan cara mengambil pelepah yang paling bawah.
Untuk saat ini, potensi lidah buaya khususnya UKM masih menjanjikan apalagi mereka yang mempunyai lahan dan mengolah hasil lidah buaya tersebut, ada juga yang tidak punya lahan tetapi mereka berusaha untuk mengolah hasil dari lidah buaya tersebut menjadi produk pangan dan potensinya masih tinggi. Apalagi kalau dulu hanya beberapa UKM yang berdiri, bukan semakin berkurang tetapi semakin bertambah. Jadi, kalau misalkan dulu produk minuman hanya berapa UKM yang memproduksi, sekarang sudah banyak merk minuman. Pontianak sekarang dan nanti wisatanya akan semakin berkembang, biasanya juga mengadakan event atau acara-acara besar tingkat nasional, atau bahkan nanti tingkat internasional. Dari hal itu, wisatawan biasanya mencari produk khas wisata yang dikunjungi dan kebetulan khas yang paling menonjol di Pontianak pada saat ini adalah lidah buaya. Produk unggulannya seperti makanan, minuman, manisan, coklat, teh, dodol, krupuk dan lain-lain.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS