KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga Makalah Salah
Nalar dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini merupakan tugas yang wajib disusun oleh mahasiswa/i Universitas Tanjungpura Pontianak setelah mengikuti masa perkuliahan tentang materi yang telah disampaikan.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada Ibu Agus Wartiningsih, M.Pd selaku
dosen pengajar Mata Kuliah Menulis Dasar sehingga makalah yang penulis susun ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis
menyadari bahwa di dalam penyusunan Makalah Salah Nalar ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini diwaktu yang
akan datang. Semoga Makalah Salah Nalar yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Pontianak, September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan
kata yang tentunya sudah lazim kita dengar. Bahkan berpikir dilakukan oleh
semua orang dalam bertindak dan lain sebagainya. Namun, tidak semua orang
mengetahui makna dari kata berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan obyek
material logika. Obyek berpikir meliputi kegiatan pikiran, akal budi manusia
dan lain sebagainya. Dengan berpikir, manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan
yang telah diperolehnya sehingga dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan,
pengerjaan ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.
Obyek material logika bukanlah
bahan-bahan kimia atau salah satu bahasa. Akan tetapi,
bukan sembarangan berpikir yang diselelidiki dalam logika, melainkan dalam
logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatan. Oleh karena itu,
berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran
disebut lurus? Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu
sesuai dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika. Jika
peraturan-peraturan itu ditepati, tentu berbagai kesalahan atau kesesatan dapat
dihindarkan. Jadi, kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih
aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman
untuk pemikiran.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa terkadang dalam proses berpikir, sering terjadi
kekeliruan dalam menafsirkan atau menarik suatu kesimpulan. Kekeliruan atau
kesalahan dalam proses berpikir tersebut disebut dengan salah nalar. Pengertian
lain mengatakan bahwa salah nalar merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, atau
simpulan yang salah, keliru, atau cacat. Kekeliruan dapat terjadi dikarenakan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan. Kekeliruan
dapat dihindari dengan mengkaji terlebih
dahulu sesuatu sebelum kita menafsirkan atau menarik sebuah kesimpulan.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas secara lebih mendalam mengenai
salah nalar.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Apa
saja macam-macam salah nalar?
b. Mengapa
salah nalar sering terjadi?
c. Apa
saja faktor penyebab terjadinya salah nalar?
d. Bagaimana
cara mengatasi dan menghindari salah nalar?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui apa saja macam-macam salah
nalar.
b. Untuk
mengetahui mengapa salah nalar sering
terjadi.
c. Untuk
mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya salah nalar.
d. Untuk
mengetahui bagaimana cara mengatasi dan menghindari salah nalar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Macam-macam
Salah Nalar
Komunikasi
yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam
berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia
secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Ada beberapa macam
salah nalar, yaitu sebagai berikut :
1.
Generalisasi
yang Terlalu Luas
Salah nalar
jenis ini disebabkan oleh jumlah premis
yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi
tersebut sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain itu, salah
nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang dijadikan dasar
generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan dan menguji data
secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang
terbatas.
Premis
adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan
dasar penarikan simpulan di dalam logika. Sementara itu yang dimaksud dengan
generalisasi adalah perihal membuat suatu gagasan lebih
sederhana dari pada yang sebenarnya. Contoh Generalisasi yang terlalu luas sebagai berikut:
a)
Setiap orang yang telah mengikuti
Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
b)
Anak-anak tidak boleh memegang
barang porselen karena barang itu cepat pecah.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa
muncul. Dua bentuk kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Generalisasi
Sepintas
Kesalahan
ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau
evidensi yang sangat sedikit.
Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b.
Generalisasi
Apriori
Salah
nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala
atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu
kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan
atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota
kelompok itu disimpulkan sama. Contoh: semua pejabat pemerintah melakukan
tindakan korupsi. Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2.
Kerancuan
Analogi
Salah nalar
ini dapat terjadi bila orang menganalogikan
sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan
memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. Analogi adalah persamaan
atau persesuaian antara dua benda atau hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan
analogi adalah sebagai berikut:
a)
Anto walaupun lulusan Akademi Amanah
tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
b)
Pada hari senin Patriana kuliah
mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa Patriana kuliah juga mengendarai
sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah pasti mengendarai sepeda motor.
c)
Rektor harus memimpin universitas
seperti jenderal memimpin devisi.
3.
Kekeliruan
kausalitas (sebab-akibat)
Kekeliruan
kausalitas terjadi karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab dari suatu
peristiwa atau hasil (akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh dari
kekeliruan kausalitas (sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
a) Saya
tidak bisa berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b) Saya
tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan.
4.
Kesalahan
Relevansi
Kesalahan
ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan
kesimpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak
berhubungan atau tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika
sebuah argumen bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka
tidak mungkin dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan
relevansi yang umum dikenal, berikut penjelasannya:
a)
Argumentum ad hominem: terjadi
jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak suatu usulan, tidak
berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan
kepentingan si pembuat usul.
b)
Argumentum ad verecundiam: terjadi
karena orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa dan dapat
dipercaya, jadi bukan terjadi karena penalaran logis.
c)
Argumentum ad baculum (menampilkan
kekuasaan): terjadi apabila orang menolak atau menerima suatu
argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena ancaman atau terror
(bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).
d)
Argumentum ad populum (menampilkan
emosi): artinya ialah ditujukan untuk massa/rakyat. Pembuktian
secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan prinsip menggugah perasaan
massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi
tertentu. Contoh sederhananya seperti demonstrasi dan propaganda.
e)
Argumentum ad misericordian
(menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena adanya rasa belas
kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk menimbulkan belas kasihan
sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya berhubungan dengan usaha agar
suatu perbuatan dimaafkan.
f)
Post hoc propter hoc: terjadi
karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal bukan. Pada suatu urutan
peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi lebih dahulu adalah penyebab
peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
g)
Petitio principii: berarti
mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan kebenaran dari apa yang berusaha
untuk dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan
berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
h)
Argumentum ad ignorantiam (argumen
dari keridaktahuan): kesalahan terjadi ketika berargumen
bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum terbukti salah, atau
bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
i)
Ignorantia elenchi: terjadi
karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan konklusi.
5.
Penyandaran
Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar
disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya
karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan
ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu
di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a)
Orang itu diakui keahliannya oleh
orang lain.
b)
Pernyataan yang dibuat berkenaan
dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c)
Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis
tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang
terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
B.
Mengapa
Salah Nalar Sering Terjadi
Salah nalar sering
terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud. Contoh penyebab yang salah nalar adalah sebagai
berikut:
a)
Hendra mendapat kenaikan jabatan
setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
b)
Anak wanita dilarang duduk di depan
pintu agar tidak susah jodohnya.
C.
Faktor
Penyebab Terjadinya Salah Nalar
Terjadinya
salah nalar, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila
orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah
satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan
Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
2.
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan
oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana
tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam
orang anak
D.
Cara
Mengatasi dan Menghindari Salah Nalar
Ada
beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Memilih
kata dengan baik;
b) Harus
mengetahui teori dasar dalam berpikir;
c) Sering
membaca buku agar memiliki wawasan yang luas;
d) Memikirkan
perkataan atau kalimat sebelum diucapkan;
e) Menguasai
bahasa Indonesia dengan baik dan benar;
f) Jangan
menyimpulkan premis dengan cepat;
g) Dapat
berkomunikasi dengan baik;
h) Tidak
cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih dahulu
kebenarannya; dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
jawaban dari rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan pada Bab II, maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Komunikasi
yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam
berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia
secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Jika tidak maka
akan terjadi salah nalar.
2. Salah nalar sering
terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud.
3. Salah nalar
ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan
anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada
segi yang lain
4. Sesungguhnya
salah nalar dapat dihindari dengan mempelajari teori dalam berlogika.
B.
Saran
Berdasarkan
jawaban dari rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan pada Bab II, maka
penulis dapat menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Sebaiknya
kita tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih
dahulu kebenarannya; dan lain-lain.
2. Sebaiknya
kita memikirkan perkataan atau kalimat sebelum diucapkan agar pembicaraan
terstruktur dengan baik.
3. Sebaiknya
sering membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Sebaiknya Jangan menyimpulkan premis dengan
cepat.
0 komentar:
Posting Komentar