Aloevera Center yang terletak di Jl. Budi Utomo, Siantan ini merupakan
satu di antara sentra lidah buaya yang membudidayakan tanaman sejuta manfaat
ini. Tidak hanya membudidayakan, tetapi Aloevera Center juga meneliti dan
mengembangkan hasil produksi dari lidah buaya dengan inovasi-inovasi yang
menarik. Produk yang dapat dihasilkan dari lidah buaya pun tergolong banyak,
seperti menjadi bahan baku alat kecantikan dan bahan makanan maupun minuman.
“Budidaya lidah buaya dan cara penanamannya, banyak hal yang harus
dilakukan dan diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal,” begitulah
kata Davin Arifin, SP. selaku narasumber saya dalam wawancara dan penelitian
singkat yang saya lakukan. Berikut adalah cara penanaman lidah buaya yang
dikemukakan oleh narasumber selaku pengembang dan peneliti di Aloevera Center.
1. Persiapan
Lahan
Lahan merupakan indikator pertama yang harus
dipersiapkan karena lahan menjadi media penanaman lidah buaya. Untuk
mempersiapkan lahan tidak dilakukan secara sembarangan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Misalnya lahan bekas hutan atau lahan yang belum pernah dibudidayakan
tanaman lain sebelumnya akan memerlukan waktu yang lama dalam pembersihannya.
Sebaliknya, jika lahan tersebut pernah dibudidayakan sebelumnya maka itu akan lebih
mudah untuk diolah. Setelah memperhatikan hal tersebut, kemudian lahan diolah,
dibersihkan dan digemburkan.
Media tanah yang digunakan untuk menanam lidah buaya
di Pontianak adalah tanah gembur, jadi tidak terlalu sulit untuk pengolahannya
karena banyk mengandung air. Tanah yang banyak mengandung air yang harus
diperhatikan adalah sistem drenase.
Sistem drenase adalah sistem tata kelola air. Tanah gambut identik dengan
genangan air, jika ini dibiarkan dan tidak dibuat sistem drenase maka akan
terjadi dampak yang buruk terhadap tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya
menjadi sulit untuk berkembang jika tergenang air dan jika kelembapan tanah tinggi,
maka tanaman akan membusuk. Sistem drenase ini juga harus diperhatikan, tidak
boleh dibuat terlalu dangkal atau terlalu dalam. Jadi, harus disesuaikan dengan
kebutuhan lidah buayanya dan kandungan air dilokasi tersebut harus tetap
dipertahankan.
Selanjutnya lahan dibiarkan selama seminggu agar
bakteri berkurang, oksigen dalam tanah bertambah dan agar mikroba bekerja untuk
menggemburkan tanah. Kemudian lidah buaya ditanam menggunakan sistem jarak
tanam antar bedeng. Bedeng itu
semacam gundukan, gulutan atau galang dengan panjang tertentu sesuai kebutuhan
petani. Biasanya bedeng digunakan dengan panjang 5-10 meter dengan beberapa
titik tanam. Misalnya, jarak antar tanaman 0,8 x 1,5 atau 1 x 1 meter. Lidah
buaya memiliki pelepah yang panjangnya sekitar 90 cm. Agar antar pelepah tidak
bersinggungan, karena tanaman lidah buaya yang berduri dan dikhawatirkan akan melukai
tanaman lidah buaya yang lain maka akan
diberikan jarak penanaman yang lebih. Jarak antar bedeng biasanya sekitar 1 meter,
hal ini bertujuan agar petani mudah menyusuri jalan antar bedeng untuk
keperluan perawatan. Tetapi semuanya juga bergantung pada keperluan petani,
jika jarak antar bedeng dekat dan petani tetap bisa melakukan perawatan, itu tidak
menjadi masalah. Setelah itu, barulah tanah diberi abu dan pupuk organik berupa
kotoran ayam atau sapi. Selain pupuk organik (kotoran), ada juga pupu anorganik
berupa pupuk urea. Pupuk anorganik tidak terlalu banyak digunakan, hanya
diberikan dengan dosis sekitar 20-50 gram saja. Sedangkan pemberian pupuk
organik bisa diberikan dengan dosis sekitar 500 gram, begitu juga dengan dosis abu.
2. Bibit
Setelah persiapan lahan,
selanjutnya adalah persiapan penanaman bibit. Untuk persiapan penanaman bibit
ada beberapa kriteria tertentu yang harus diperhatikan, yaitu:
a. pertumbuhan anakan sehat;
b. segar dan tegak;
c. jarak anakan dan induk lebih dari 2 cm.
Biasanya ada anakan yang jauh dari induknya, hal ini untuk mempermudah pengambilan
anakan tanpa merusak induk;
d.
umur anakan sekitar 2-3 bulan;
e.
pelepah berjumlah 4-5 pelepah dan;
f. tinggi anakan sekitar 25-30 cm
Bibit lidah buaya dapat diperoleh dari anakan dan kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Kultur jaringan akan memperoleh bibit dengan jumlah yang banyak. Jika dengan anakan yang diambil dari induk cuma menghasilkan 1-2 bibit, dengan kultur jaringan akan menghasilkan puluhan, bahkan ratusan bibit baru dengan jumlah persentase hidup 100%.
Kultur jaringan ada beberapa teknik, yaitu teknik yang
diambil dari titik tumbuh atau dari anakan dan ada juga teknik meristem yang
diambil dari jaringan tumbuh yang bisa diambil dari daun, akar dan dahan. Hanya
saja yang menggunakan teknik meristem ini agak sulit karena menggunakan waktu yang
lama dan banyak tahap yang dilakukan. Kalau yang menggunakan titik tumbuh tidak
sesulit itu, yang harus dilakukan hanya membuang pelepah luar dari anakan lidah
buaya itu dan yang tumbuh untuk menjadi bakal pelepah baru itu yang ada di dalam indukan. Di dalam indukan yang
akan tumbuh itu yang disisakan dan tidak dilakukan pemotongan. Jadi, yang di
luar akan dipotong beserta dengan akarnya dan dibuang, lalu dicuci bersih,
kemudian diberi fungi dan pembunuh bakteri. Jadi, dengan keadaan steril lalu
barulah anakan tersebut ditanam ke media tanamnya.
Media tanam bibit lidah buaya kultur jaringan ini
bukan tanah, melainkan agar (gel) atau sejenis agar-agar. Tidak hanya agar itu
yang diberikan, tetapi juga diberikan unsur hara untuk makanan bibit tersebut
dengan nutrisi mikronya. Kemudian unsur-unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke
dalam media khusus, setelah itu barulah ditanam bibit yang tadi dengan kondisi
yang steril. Barulah kita masukkan ke ruangan khusus dengan fasilitas berupa AC
selama 24 jam, penyinaran yg cukup, lampu 24 jam kemudian bibit lidah buaya
kultur jaringan perlahan akan tumbuh dengan rentang waktu 3-4 bulan untuk
membentuk anakan baru.
1 botol yang berisikan 1 bibit lidah buaya kultur
jaringan bisa menghasilkan 5-7 tanaman lidah buaya baru. Nanti 5-7 tersebut dipisah
karena bibit akan semakin membesar dan botol tidak muat, sementara bbit
tersebut masih bisa berkembang unk menjadi beberapa tanaman baru. Misalnya, di
dalam 1 botol terdapat 7 bibit, kemudian di dalam botol tersebut disisakan 1
atau 2 dan 5 bibit yang tersisa kemudian dipisahkan lagi di dalam wadah dan
ruangan khusus. Berarti sudah dapat 5 tanaman baru ditambahkan lagi 1 tanaman yang
berada di dalam botol yang berisi 1 atau 2 bibit tadi. Jadi, bibit yang
berjumlah 6 nanti kita masukkan ke ruangannya lagi, jadi dengan renggang waktu
3-4 bulan kita keluarkan lagi. Dari 1 botol bisa jadi 5-7 tanaman, kemudian
dipisah lagi. Dari 1 botol bisa jadi 6 botol yang masing-masing berisi bibit. Jika
dipisah, kalikan saja 6 jadi 36 nanti dipisah lagi begitu seterusnya sampai
maksimal 7 kali pemisahan. Pemisahan yang ke 5-7 itu sudah bisa di adaptasikan
diluar untuk dimasukkan ke dalam polibag. Setelah 3 bulan barulah bisa ditanam
ke lapangan yang sesungguhnya.
Jenis bibit yang dibudidayakan petani di daerah
Pontianak ini adalah jenis Aloe sinensis
yang sejarahnya dari negeri tirai bambu, yakni Cina. Siantan, Mempawah dan di
Pontianak juga memakai bibit lidah buaya jenis Aloe sinensis. Alasan mengapa digunakan Aloe sinensis bukan karena dipilih, tetapi karena sejarah. Di
daerah Pontianak, khususnya di Siantan banyak terdapat suku Cina dan mereka
masih memiliki keluarga disana, jadi ketika keluarga yang di Siantan pergi ke Cina
atau sebaliknya mereka membawa bibit lidah buaya dan mereka mencoba tanam di
Siantai. Awalnya, lidah buaya ditanam dengan sistem tumpang sari (campur)
dengan tanaman sayur lain dan ternyata hasilnya bagus. Kemudian mereka
berinisiatif untuk memisahkan tanaman lidah buaya tersebut dengan sistem
monokultur, artinya dalam satu lahan hanya ada lidah buaya dan hasilnya jauh
lebih bagus dan lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Cina. Ini karena
iklim yang ada di Cina terdapat 4 musim, sedangkan di Indonesia hanya memiliki
2 musim yang panjang penyinarannya lebih lama. Faktor inilah yang menyebabkan
tanaman lidah buaya tumbuh lebih optimal dan itulah yang menyebabkan tanaman
lidah buaya lebih bagus hidup di Pontianak. Artinya, dengan kondisi yang panas
dan tanah yang gambut, lidah buaya lebih cocok untuk bertahan hidup dengan kata
lain lebih cocok diiklim tropis. Keunggulan lidah buaya yang tumbuh di
Pontianak dibandingkan dengan yang tumbuh di Cina, yaitu.
a. Panen
lebih cepat. Kalau di Cina dari tanam pertama hingga panen pertama bisa memakan
waktu 16 bulan, sedangkan d Pontianak dalam 1 tahun sudah bisa panen.
b. Panen
lebih banyak. Kalau di Cina panen dilakukan dalam 3 bulan sekali, sedangkan di
Pontianak dalam sebulan bisa 2 kali panen.
c. Lidah
buaya lebih berat. Kalau yang di Cina berat maksimal hanya bisa mencapai 500 gram, kalau di Pontianak bisa sampai 2kg tetapi
tidak semuanya, berat rata-rata yaitu 1kg seperti yang dijual dipasaran.
3. Panen
dan Perawatan
Setelah
penanaman bibit, tanaman lidah buaya tidak dibiarkan begitu saja tetap dilakukan
proses perawatan seperti penyiangan gulma yang sebenarnya merupakan hama.
Penyiangan gulma ini harus rutin dilakukan, bisa sehari sekali, seminggu sekali
atau sebulan sekali. Gulma ini akan banyak tumbuh karena lidah buaya
menggunakan pupuk organik.
Jenis hama yang menganggu selain gulma yaitu Pactobacterium chrysanthemi yaitu bakteri busuk batang atau busuk pelepah. Bakteri ini akan menyerang tanaman lidah buaya jika tanaman lidah buaya berada pada genangan air, dibawah naungan, penyinaran matahari yang kurang dan kondisi yang lembab. Jadi, jika tanaman tersebut berada di tanah yang gambut dan sistem irigasi yang tidak bagus maka akan mempercepat pembusukan pada batang.
Jenis hama yang menganggu selain gulma yaitu Pactobacterium chrysanthemi yaitu bakteri busuk batang atau busuk pelepah. Bakteri ini akan menyerang tanaman lidah buaya jika tanaman lidah buaya berada pada genangan air, dibawah naungan, penyinaran matahari yang kurang dan kondisi yang lembab. Jadi, jika tanaman tersebut berada di tanah yang gambut dan sistem irigasi yang tidak bagus maka akan mempercepat pembusukan pada batang.
Pemberian pupuk
dilakukan rutin yakni 3 bulan sekali, berarti 4 kali dalam setahun. Dalam 3
bulan atau 6 bulan sekali biasanya dilakukan pembuangan pelepah paling bawah yang
belum bisa dipanen karena belum ada daging. Pelepah ini biasanya disebut
pelepah adaptasi karena melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan pelepah
ini biasanya akan kering. Pelepah ini dibuang karena tidak bermanfaat dan
dibuang dengan harapan agar pelepah di atasnya dapat tumbuh secara optimal.
Jika tidak dibuang, maka sumber makanan yang diangkut oleh lidah buaya menuju
keseluruh bagian tanaman akan banyak diambil oleh pelepah yg paling bawah dan
menghambat pertumbuhan pelepah di atasnya. Perawatan ini terus dilakukan hingga
menjelang panen dari 10-12 bulan. 12 bulan itu sudah bisa dilakukan panen
pertama dengan cara mengambil pelepah yang paling bawah.
Untuk
saat ini, potensi lidah buaya khususnya UKM masih menjanjikan apalagi mereka yang
mempunyai lahan dan mengolah hasil lidah buaya tersebut, ada juga yang tidak
punya lahan tetapi mereka berusaha untuk mengolah hasil dari lidah buaya
tersebut menjadi produk pangan dan potensinya masih tinggi. Apalagi kalau dulu
hanya beberapa UKM yang berdiri, bukan semakin berkurang tetapi semakin
bertambah. Jadi, kalau misalkan dulu produk minuman hanya berapa UKM yang memproduksi,
sekarang sudah banyak merk minuman. Pontianak sekarang dan nanti wisatanya akan
semakin berkembang, biasanya juga mengadakan event atau acara-acara besar tingkat nasional, atau bahkan nanti
tingkat internasional. Dari hal itu, wisatawan biasanya mencari produk khas
wisata yang dikunjungi dan kebetulan khas yang paling menonjol di Pontianak
pada saat ini adalah lidah buaya. Produk unggulannya seperti makanan, minuman, manisan,
coklat, teh, dodol, krupuk dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar